Bagaimana rasamu jika tiba-tiba dijauhi teman dan dikucilkan oleh keluarga sendiri? Bisa kamu bayangkan seperti apa sedih dan putus asanya jika mengalami nasib seperti itu. Sayangnya, kejadian seperti itu banyak dialami oleh para penderita kusta di tanah air. Entah jika di luar negeri, infonya sih gak jauh berbeda dengan di Indonesia. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit kusta, menjadi penyebab mengapa kusta, atau yang dulunya biasa disebut dengan lepra, menjadi salah satu penyakit yang paling ditakuti. Sehingga kejadian-kejadian yang tidak mengenakkan itu harus dialami oleh mereka, OYPMK (orang yang pernah menderita kusta). Perlakuan diskriminasi, seolah kusta, adalah penyakit kutukan dan turun-temurun. Padahal faktanya, kusta tidaklah semengerikan itu bagi orang lain.
Memang benar, penyakit kusta dapat menular, tetapi itu bisa terjadi jika berkumpul selama dua puluh lima jam berturut turut dalam seminggu, atau bila terkena dropletnya. Dalam artian penyakit kusta tidak mudah menular hanya karena interaksi atau duduk bersama dengan para penyintas penyakit kusta.
BACA JUGA: POSITIF COVID-19 SEKELUARGA
Seminar Melawan Stigma Masyarakat Tentang Kusta Dan Disabilitas
Beberapa hari lalu, tepatnya Rabu, 28 September 2022, saya berkesempatan menyimak seminar Live Steaming bersama LNR Indonesia melalui kanal youtube Ruang KBR, dengan pembicara Bapak Sunarman Sukamto Amd, dari Tenaga Ahli Kedeputian V, Kantor Staff Kepresidenan (KSP), dan Ibu Dwi Rahayuningsih, Perencana Ahli Muda, Direktorat Penanggulangan Kemiskinan, Dan Pemberdayaan Masyarakat Kementrian PPN (Bappenas).
Acara yang dipandu oleh moderator cantik, Mbak Debora Tanya, itu, penuh dengan gizi pengetahuan yang mampu membuka pikiran audiens untuk lebih luas memahami tentang seluk beluk penyakit kusta dan disabilitas. Mengajak masyarakat untuk lebih aware, dan segera memeriksakan diri ke pusat kesehatan terdekat, apabila mengalami tanda-tanda terkena kusta. Agar bisa lagsung peroleh bantuan pengobatan, sehingga penyakit kusta tidak semakin menyebar.
Indonesia Penyandang Penyakit Kusta Terbesar Ketiga di Dunia
Saat ini, Indonesia menduduki peringkat Negara penyandang kusta terbesar ketiga setelah India dan Brazil. Hal itu dibuktikan dengan penemuan kasus baru sejumlah 7.146 kasus, sehingga data Kementrian Kesehatan RI telah mencatat, 13.487 kasus per Januari 2022. Hal itu menjadi salah satu penyumbang angka kemiskinan di Indonesia.
Hah? apa hubungannya kusta dengan angka kemiskinan?
Seperti yang sudah saya singgung di atas, kesadaran masyarakat tentang penyakit kusta yang masih rendah, dengan berbagai anggapan seperti, mudah menular, tidak bisa disembuhkan, serta kemampuannya mengubah penampilan fisik seseorang, membuat OYPMK peroleh perlakuan diskriminasi dari masyarakat sekitar, bahkan dari keluarga sendiri. Mereka juga kesulitan peroleh pekerjaan karena banyak perusahaan yang tidak mau mempekerjakan mereka. Hal itu menyebabkan sebagian dari mereka terpaksa menjadi pengangguran, sehingga kusta dan disabilitas diidentikkan dengan kemiskinan.
BACA JUGA: PENGALAMAN SEMBUH DARI COVID-19
Upaya Pemerintah Mengentaskan OYPMK
Lalu apa saja sih yang selama ini sudah dilakukan pemerintah dalam membantu mengentaskan kemiskinan dan penyembuhan pada OYPMK dan Disabilitas ini?
Pada kesempatan Live Streaming yang mengambil tajuk, “Kusta Dan Disabilitas Identik Dengan Kemiskinan, Benarkah?”, Pak Maman (panggilan untuk Bapak Sunarman Sukamto Amd), mengatakan bahwa, saat ini upaya pemerintah memang masih stagnan, masih dominan upaya kesehatan, belum secara intensif untuk mengatasi kusta. Namun, pemerintah masih terus akan meningkatkan, serta mengajak kerjasama berbagai pihak, lintas sektor, lintas kementrian lembaga, pemerintah daerah, dan termasuk teman-teman disabilitas dan OYPMK itu sendiri. Karena kusta, bukan hanya isu kesehatan tetapi juga identik dengan kemiskinan, lingkungan, sosial, dan sebagainya. Sebab itulah dibutuhkan kesadaran bersama antara pemerintah kota, daerah, dan juga masyarakat sipil untuk menghindari penyebaran penyakit kusta.
Salah satu program pemerintah adalah memberikan bantuan berupa sembako kepada masyarakat terdampak kusta dan disabilitas yang masuk kategori miskin. Tentunya untuk mereka yang datanya sudah terdaftar di kemensos. Jadi, kalau kamu, keluargamu atau orang yang kamu kenal dalam kondisi yang sudah disebutkan dan belum ada bantuan dari pemerintah, ada baiknya deh menghubungi dinas terkait agar segera peroleh bantuan pemerintah.
Pemerintah berusaha memperhatikan agar OYPMK dan disabilitas tidak minder dalam kehidupan bermasyarakat, dengan cara diberi dan dibekali ketrampilan dan kemandirian usaha. Dengan begitu, diharapkan mereka sudah siap ketika harus membaur dengan masyarakat kembali.
Hal ini dianggap sangat diperlukan, karena selain memberi kesempatan kepada para penyandang disabilitas, ini juga diharapkan agar mereka dapat mengakses keuangan untuk kegiatan konsumsi, serta mengakses permodalan dari badan keuangan.
Program ini bertujuan untuk mereka yang telah memiliki pekerjaan, tetapi mengalami kecelakaan kerja, hingga menyebabkan mereka mengalami disabilitas. Maka telah ditetapkan, perusahaan memiliki kewajiban untuk tetap mempekerjakan mereka.
Bantuan peralatan sesuai kebutuhan juga diberikan oleh pemerintah kepada para disabilitas dan OYPMK. Sementara rehabilitas agar mereka kembali memiliki kepercayaan diri untuk kembali ke masyarakat.
Pemerintah melalui kemensos dan dinsos di beberapa pemerintahan daerah juga mengadakan/menyediakan shelter bagi OYPMK dan Disabilitas. Daerah yang sudah terdapat shelter antara lain, Jawa Timur (Sumberglagah - Tanjung Kenongo), Jawa Tengah (Banyumanis), dan Makassar (Jongaya).
Meskipun batas minimumnya baru 1% untuk perusahaan swasta, dan 2% di perusahaan BUMN/BUMD, setidaknya dengan menetapkan kuota pekerjaan di perusahaan yang diberikan pemerintah tersebut dapat mengurangi pengangguran bagi sebagian OYMPK ataupun disabilitas.
Mengurangi stigma pada mereka seperti tulisan ini akan membantu menumbuhkan kebaikan
ReplyDeleteSemoga ya Kak
Deletesemoga pemikiran masyarakat tentang penderita kusta dan disabilitas bisa mengarah pada hal positif. Di sekitar saya masih banyak orang yang mengucilkan dan merasa aneh dengan penderita disabilitas.
ReplyDeleteIya Mbak, harus lebih giat lagi mensosialisasikannya.
DeleteDi lingkunganku belum ada sosialisasi yang optimal kak. Selain itu pribadi orang juga perlu diubah pola pikirnya. Entah apa yang salah. Bahkan orang terpelajar kadang masih memandang penyandang disabilitas sebagai orang yang rendah.
DeleteSetuju mbak, dgn kita perlakukan OYPMK dgn baik spt warga lainnya, tentunya membuat mereka tidak merasa dikucilkan, tapi merasa diperhatikan dan lebih bersemangat mengubah kehidupan lebih baik. Dan itu butuh kekompakan kita semua
ReplyDeleteBener. Semoga pemerintah bisa segera mengatasi ujian kusta di negara kita.
DeleteSaya masih kaget aja lho di Indonesia masih ada kusta. Kuncinya padahal desain ruangan yang menjaga kebersihan dan sirkulasi udara yang bagus.
ReplyDeleteSedih kalau baca tentang kehidupan orang yang terkena kusta. Biasanya memang karena alasan lingkungan dan gaya hidup tidak sehat. Inkubasinya kan lamaaaa sekali, dan aslinya bisa dihalau dengan memperhatikan kesehatan serta imunitas.
ReplyDeleteMeski memang belum menjangkau semua, saya yakin pemerintah,dan swasta sudah banyak bergerak membantu mereka. Warga bisa membantu prosesnya agar jangkauan bantuan makin merata dan meluas.
hindari stigma negatif tentang kusta, bukan jauhi penderitanya, mereka juga tidak ingin kok terkena kusta, support kita membantu mereka juga untuk pulih
ReplyDeleteternyata banyak juga ya program pemerintah untuk penderita kusta agar mereka tetap merasakan inklusivitas ditengah-tengah masyarakat
ReplyDeleteStigma masyarakat akan penyakit kusta ini masih kuat di mata masyarakat. Tugas kita nih mensosialisasikan lagi bahwasanya penyakit kusta tidak seperti tuduhan mereka. Penyandang kusta juga punya hak hidup yang layak ya ...
ReplyDeletestigma kusta emang masih ada sampai saat ini. kita pun harus lebih bisa melihat perspektif yang berbeda yaa ketika bertemu dengan teman kusta.
ReplyDeleteMereka, para disabilitas fisik karena kusta hanya butuh pengakuan lebih. Secara IQ dan sebagainya tidak ada bedanya mereka dengan yg lainnya. Jangan sampai keterbatasan fisik membatasi kesempatan mereka untuk bekerja dan bekarya seperti yang lain.
ReplyDeleteSetuju banget kak! Sosialisasi tentang kusta dan disabilitas ini perlu digencarkan lagi supaya masyarakat lebih aware bisa membuka pandangan positif
ReplyDeleteProgram yang disampaikan Ibu Dwi yuk kita dukung juga dengan menghempaskan stigma negatif kusta, agar para OYPMK dan disabilitas dapat meningkatkan taraf hidupnya
ReplyDeleteBetul banget Kak, edukasi ttg penyakit kusta ini perlu ditingkatkan lagi. Karena memang pnyakit ini paling banyak ditakuti oleh masyarakat bhkan para penderita jadi merasa terasingkan gitu.. Dan moga masyarakat lbih peduli dg penderita penyakit kusts ini
ReplyDeleteStigma masyarakat yang bkin pasien penyakit kusta gk mau bersosialisasi bahkan untuk dapat layaanan ksehatan kita harus berikan dukungan agar pasien kusta bisa semangat dalam menjalani hari2nya dan bisa sembuh
ReplyDeleteMau itu penyakit kusta, epilepsi, szizofrenia, atau penyakit lain yang mungkin karena keturunan atau sejak lahir sudah ada, pada dasarnya orang yang menderita tersebut juga tidak mau begitu. Mereka juga ingin hidup normal dan sehat seperti kita. Makanya itu, jangan sekali-kali mencela mereka. Mengatakan celaan-celaan yang tidak pantas untuk mereka. Mari bantu mereka, dampingi mereka, dan menjadi sahabat yang baik untuk mereka. Harapannya sih mereka bisa semakin mencintai lagi hidup ini, terus berprasangka baik terhadap Allah, dan tidak patah semangat untuk terus berusaha sembuh dan sehat. Allah melihat prosesnya, mengenai hasil, Allah yang menentukan. Yuk, semangat!
ReplyDeleteMasih banyaknya masyarakat yang 'mengucilkan' OYMPK itu karena memang bisa jadi, masyarakat tersebut belum paham bagaimana memperlakukan OYMPK seharusnya, serta mengetahui kusta itu seperti apa. Edukasi-edukasi seperti ini yang lambat laun bisa membantu masyarakat memahami bagaimana perlakuan terhadap OYMPK.
ReplyDeletePernah memang denger stereotype gtu, kalau kusta itu penyakit kutukan yang menyeramkan, dan penderitanya jadi dikucilkan di masyarakat. Semoga tidak ada lagi narasi seperti itu di masyarakat, karena ternyata kusta bisa disembuhkan ya Mak
ReplyDeleteSemoga pemerintah bisa menyediakan semakin banyak shelter bagi OYPMK dan penyandang disabilitas. Supaya mobilitas dan taraf kehidupan mereka bisa makin meningkat
ReplyDeletePernah dengar cerita dari para netizens yang ada di twitter juga mbak, kalau anggota keluarganya yang menjadi OYMPK juga menjalani beberapacek kesehatan dan konsumsi obat-obat yang telah direkomendasikan. Dan ada yang memang sembuh dari kusta ini
ReplyDeleteSalut dengan pemerintah, semoga semua bisa dilakukan untuk hidup sama-sama nyaman bersama OYPMK dan Disabilitas. Yang perlu digarisbawahi adalah dalam lingkup pekerjaan, baik orang biasa atau OYPMK dan Disabilitas memiliki kedudukan yang sama. Sama-sama bisa dipekerjakan secara adil sesuai dengan skills yang dimilikinya.
ReplyDeleteAku juga sempat ikutan diskusi ini mbak
ReplyDeleteMenambah pengetahuanku seputar kusta dan disabilitas
Betapa masih banyak ya stigma dari masyarakat yang menghambat oypmk untuk bisa berkarya
Bener, penyakit kusta bukan kutukan, dan bisa disembuhkan. Perlu terus disosialisasikan nih soal penyakit kusta ini. Kasihan mereka, ya.
ReplyDeleteIya ya..program pemerintah untuk kusta udah cukup banyak juga, bukan hanya oenanganan penyakitnya ya.. urusan pekerjaan penyandang kusta pun ada programnya..Semoga diskriminasi terus berkurang dan gak ada lagi diskriminasi terhadap penyndang disabilitas dan penyakit kusta
ReplyDeleteIni PR kita semua untuk mensetop stigma negatif ini ya, Bun. Dan penting juga edukasi untuk masyarakat yang punya penyakit kusta harus tanggap dan segera berobat, ya. Enggak malah malu atau menutupinya.
ReplyDeleteSemoga makin banyak perusahaan yang mengadakan program CSR dan merekrut OYPMK menjadi pekerjanya. Kalo pemerintah jalan sendiri nggak mungkin bisa ya, memang harus saling kerjasama
ReplyDeletePenderita kusta memang banyak yang dikucilkan. Faktor pemahaman masyarakat masih rendah. Ini yg bikin penderita jadi malu untuk ke faskes, padahal penyakit ini jika ditangani cepat dan tepat bisa disembuhkan
ReplyDeleteSemoga melalui tulisan ini masyarakat tidak menganggap lagi penderita kusta mengganggu. Penderita kusta memiliki hak hidup bebas dan diterima di masyarakat.
ReplyDeleteNggak mudah ya jadi OYPMK. Salah satunya untuk memanusiakan mereka adalah dengan membuat shelter ya. Mudah-mudahan mereka bisa bersabar lagi.
ReplyDeletesemoga saja ke depannya program pemerintah ini bisa segera terealisasi ya, mbak biar para penderita kusta ini bisa mendapat hak dan keadilan dalam hal pekerjaan dan pastinya juga bisa benar-benar diterima oleh masyarakat
ReplyDeleteTernyata banyak juga ya program pemerintah untuk OYPMK ini, semoga dengan demikian stigma bahwa OYPMK itu identik dengan kemiskinan pelan-pelan mulai berubah. karena mereka juga berhak untuk hidup layak dan berkecukupan secara ekonomi
ReplyDeleteIni yg kebanyakan orang bekum tau kak..."penyakit kusta dapat menular, tetapi itu bisa terjadi jika berkumpul selama dua puluh lima jam berturut turut dalam seminggu, atau bila terkena dropletnya. Dalam artian penyakit kusta tidak mudah menular hanya karena interaksi atau duduk bersama dengan para penyintas penyakit kusta." Dah udh tenang sekarang ga perlu parno bersebelahan dengan penderita kusta
ReplyDeleteEdukasi seperti ini memang penting banget karena masih banyak masyarakat yang memberikan stigma negatif dan diskiriminasi terhadap para penderita kusta maupun OPYMK padahal mereka punya hak dan kesempatan yang sama seperti kita untuk mendapatkan akses pendidikan dan pekerjaan. Yah, semoga saja dengan program pemerintah ini kasus kusta di Indonesia bisa segera tertarangani
ReplyDeleteGa kebayang klo harus dikucilkan sama org sekitar karena punya suatu penyakit, pasti ngenes dan sakit hati bgt. Pdhal masih harus berurusan sama upaya pengobatan. Makasih info lengkap seputar kustanga mba . Sebelumnya aku ga paham paham bgt terkait penyakit satu ini
ReplyDelete