Pertama kali datang ke Surabaya Juni 2015, suami mengenalkan dengan jenis makanan baru, setidaknya baru bagi saya. Yaitu makanan yang mengandung lontong. Lontong balab. Biasa yak? Huhu, kalau mau jenis makanan Indonesia yang unik secara penyajiannya, bisa kunjungi blognya Blogger Betawi ya. Saya mah mau mengulas makanan sehat yang merakyat. Hehe.
Bagi saya lontong balab ini tidak jauh beda dengan lontong sayur, hanya saja ianya menggunakan petis, dan sayurnya tidak memakai kuah santan. Sayur tauge biasa dengan kuah melimpah. Ada irisan semacam bakwan namun isiannya bukan sayuran tetapi kacang ucu. Orang Surabaya menyebutnya lento.
Awalnya saya tidak menyukai makanan satu ini, tetapi setelah kedatangan saya yang ketiga kalinya di Surabaya ini, saya mulai menyukainya. Makanan berkuah yang bukan santan, sesuatu yang selama ini saya hindari.
Selain lontong balap, juga ada lontong kupang, ini sama persis seperti lontong sayur yang saya temui di Jakarta. Bedanya lontong ini ada kupangnya kecil-kecil, dan juga dimakan dengan sate kupang. Sampai detik ini saya belum menyukai makanan tersebut. Mungkin karena sejak pertama beli itu, belum pernah beli lagi.
Ada lagi lontong mie, ini saya juga belum bisa suka. Tetapi tetap makan saat ibu mertua membuatnya.
Selera Yang Berbeda
Sejak akhir 2018, kami meninggalkan Jakarta, berniat tinggal di Lampung, namun akhirnya ditakdirkan untuk menjadi warga Surabaya. Seperti air yang mengalir, semua berjalan tanpa rencana. Tepatnya tidak sesuai rencana. Dan kami mengikuti jalan takdir.
Dua tahun sudah tinggal di Surabaya, lidah saya masih tetap Sumatra. Sebab itulah, meskipun tinggal dengan mertua, kami masak lauk sendiri-sendiri. Saya yang menyukai makanan pedas dan kering, keluarga suami menyukai makanan berkuah dan tanpa cabe. Ketika memasak ikan, selain digoreng, saya akan masak dalam dua jenis masakan yang berbeda. Untuk suami dan Ci Bungsu, saya masak kelo kuning resep ibu mertua (bagi saya, ini sangat amis, saya tidak doyan, namun bagi suami, itu sangat seger dan seringnya nambah nasi jika dimasakan lauk itu), untuk anak sulung saya gorengkan, sementara untuk saya sendiri bumbu komplit
Rujak Campur Gresik
Beberapa waktu lalu, siang yang terik, saya tisak memasak lauk, kami berencana beli lauk matang untuk makan siang, tiba-tiba ibu mertua bicara tentang rujak, dan merekomendasikan rujak yang biasa dibeli oleh keluarga kakak ipar.
"Biar Ida ngerasain." Begitu ibu mertua berkata.
Kami sepakat, siang itu beli rujak untuk makan siang. Sayangnya ternyata penjual sedang tidak buka lapak. Akhirnya kami mendapati bakso sebagai gantinya.
Keesokan harinya, kami kembali ke tukang rujak. Sayangnya lagi-lagi ia tidak berjualan. Belum rejeki kami. Beruntung kenalan suami merekomendasikan rujak campur yang sedikit agak jauh dari lokasi tujuan pertama. Tidak mengapa, demi rujak kami pun berangkat di bawah terik matahari jam 11:30an siang dengan mengajak dua balita kami. Alhamdulillah kami puas dengan pelayanan dan rujaknya.
Rujak Campur Bu Yanti
Rujak Bu Yanti ini ada di daerah Gresik. Kami sudah dua kali ke sana, meskipun lebih jauh, dari yang pertama kali kami niat beli. Bu Yanti orangnya ramah, dan menyenangkan.
Rujaknya sendiri ada tiga macam, mentahan, mateng, dan campur.
Pertama saya membeli yang mateng, ada sayur sulur, lontong, tauge, dan entah apa lagi, sausnya kental dan banyak, dengan warna kehitaman yang sepertinya pengaruh dari petisnya. Dari segi rasa, cenderung manis sedikit keasinan, pedasnya sesuai permintaan. Ada topping kerupuk.
Pembelian kedua, suami memesankan rujak campur mentah dan matang. Terdiri dari lontong, sayur sulur, tauge, nanas, timun, bengkoang, topping kerupuk.
Sensasi Makan Rujak Campur
Enak sih, hanya saja, saya tahunya yang namanya rujak ya pasti buah, entah itu diserut, dibebeg, atau dipotong-potong. Dengan bumbu saus kacang yang pedas manis.
Di Surabaya, saya berkenalan lagi dengan rujak, yang bagi saya itu seperti makan pecel. Hanya saja, ini sausnya sedikit kehitaman.
Karena pada dasarnya saya suka dengan pecel lontong, jadi pada rujak ini pun saya doyan, meskipun tidak suka suka banget. It's okelah.
Untuk satu porsi rujak campur harganya sangat murah. Yaitu Rp. 8.000 sajah, dengan isi yang berlimpah, sangat mengenyangkan.
Wah petis Surabaya pasti enak ya mbak..kalo di Jakarta petisnya agak anyir gitu beda deh sama petis Surabaya hehehe jadi kangen makan petis di Surabaya
ReplyDeleteterus terang, aku belum pernah makan rujak campur petis, biasanya beli rujak yak rujak
ReplyDeletebuah dan sayuran gitu kak, bumbu kacang jadi pengen coba euy
Harganya cukup terjangkau ya kak Ida.. cuma 8000
ReplyDeleteBtw, saya yang di Sumatera khususnya di Medan pun tahunya yang namanya rujak itu sudah pasti buah. Makanya gitu kedapatan tetangga asli Kediri akhirnya jadi tahu kalau ada yang namanya rujak petis.
Saya kalau di rumah aja alias libur mesti beli di ibu-ibu yang jualan rujak lewat depan rumah. Tapi saya sukanya matengan, mbak. hehehe.
ReplyDeleteWah lidah Sumatra dan Surabaya bersatu ya. dan ternyata anak2 mbak juga memiliki preferensi rasa yang berbeda ya...
ReplyDeleteMakanan yang bikin kangen semua itu. Lontong balap, lontong Kupang, dan rujak petis. Jenis makanan yg biasanya terdapat di sekitar Pantura atau daerah yg dekat sama laut. Rasanya bikin kangen
ReplyDeleteFavoritnya suamiku banget ini mbak. Suamiku dari madura, dan punya stok petis sendiri di dapur kalo mau bikin rujak. Kalau aku sendiri gak terlalu doyan, kurang klop di lidahku
ReplyDeleteMakanan yang dicampur petis juga baru daku icip pas nikah, kak. Daku juga dapet orang jawa timur. Akhirnya, lidahnya bisa icip banyak kuliner lezat. Karena daku orang Bekasi, taunya nasi uduk hehe, sekarang lebih berkembang
ReplyDeleteDuh aku suka sekali mencoba kuliner tradisional tetapi kayanya yang satu ini di skip deh hihi, karena ga bisa makan petis
ReplyDeleteWah jadi ngiler saya. Enaknya gimana sih? wkwkwk saya belum pernah makan rujak petis soalnya :D
ReplyDeleteAku tadi ngiranya ikannya di steam ala-ala chinese resto gitu eh ternyata malah dimasak komplit ya hehehe
ReplyDeletePenasaran deh kak rujak untuk makan siang. Hihihi. Penasaran pengen nyoba apa rasanya petis nih kak.
ReplyDeletePernah denger sih lontong balap, tapi blm pernah nyobain, adahal waktu itu lagi main ke Surabaya. Petis jg blm pernah cobain, kayanya enak banget nih, menggoda selera makan
ReplyDeletePenasaran mau nyicipin so di daerah kami belum pernah liat, kapan ya bisa kesana lansung
ReplyDeleteenaaak, aku suka banget rujak pake sambel petis. seger dan sedap bangeet. apalagi minumnya es teler. deuh jadi pengen wkwkwk. emang ya makanan yang pake sambel petis duh bikin nagih, enaak.
ReplyDeleteWah rujak campur petis ini favorit saya. Kalau lagi ke Surabaya saya biasanya mencari rujak campur petis ini. Menurut saya rujak ini memiliki cita rasa khas yang sulit saya lupakan. Ada rasa gurih, manis semuanya bercampur menjadi satu
ReplyDeleteJadi laper baca postingannya... sembari mengingat kapan terakhir makan pecel .... oh iya kalau di cikini ada juga pecel yg dijual utk sarapan dengan menu sayur lumayan komplit... tpi pecel utk makan siang belum pernah nyoba...kalau gado2 sering sich tapikan beda ya
ReplyDelete