Surabaya merupakan kota terbesar di Jawa Timur. Kota Pahlawan yang juga merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Kota yang yangat hidup kuliner Njowonya dan juga wisatanya.
Lahir dan besar di Lampung, tak pernah sekalipun terlintas di benak saya bahwa kelak saya akan menjadi warga Surabaya. Semua mengalir begitu saja, tidak ada yang bisa menghentikan.
Begitulah, suratan takdir mencatat perjalan seorang manusia. Setelah ngiderbae, alias melanglang ke beberapa negeri orang, kembali ke Lampung sebentar, lalu ke Jakarta. Tanpa menyadari bahwa tangan Tuhan sedang bekerja untuk saya mengenal rasa. Saya dipertemukan dengan pria Surabaya. Melanjutkan hidup di Jakarta bersamanya, pindah ke Cikarang, lalu ikut dia kembali ke Surabaya. Semua terjadi begitu cepat dan tak terencana.
Jelas ada banyak perbedaan yang saya dapati di kota Pahlawan ini. Dari segi bahasa, saya tidak begitu pandai dalam penggunaan bahasa Jawa, kecuali Jawa ngoko. Gak elok rasanya bicara sama yang lebih tua, terutama mertua, memakai bahasa ngoko. Alhasil kami bicara dengan tetap menggunakan bahasa Indonesia. Sedikit-sedikit suami mengenalkan saya dengan culture Surabaya. Termasuk wisata dan kulinernya. Ini yang paling asik. Hahahaha.
BACA JUGA: MINUMAN HERBAL PENCEGAH COVID-19
BACA JUGA: MINUMAN HERBAL PENCEGAH COVID-19
Ada banyak tempat indah yang bisa dikunjungi di di kota ini. Sangat wajar jika kemudian ramai wisatawan berdatangan untuk merasakan kesenangan dan keseruan tempat wisata di sini.
Bicara mengenai wisata Surabaya, jelas dong tidak ketinggalan dengan kulinerannya. Karena jalan-jalan, makan, dan jajan itu kesatuan yang tak boleh dipisahkan. Setuju kan, Gaes?
Nah buat kamu yang sudah sampai di salah satu tempat kiblatnya wisata Indonesia ini, sangat disayangkan jika sampai melewatkan 5 makanan khas yang dimiliki kota ini. Apa saja sih kelima makanan tersebut?
Ini dia.
Rawon
Rawon merupakan menu spesial yang menjadi santapan favorit masyarakat luas Surabaya. Masakan yang berbahan dasar daging sapi berkualitas ini memberikan sensasi yang sulit dilupakan bagi siapa saja yang memakannya. Daging yang empuk, kuah yang berwarna hitam perpaduan biji kluwak dan rempah dapur yang khas, dengan taburan tauge pendek, daun bawang dan bawang goreng, memberikan keharuman yang dapat membuat perut lapar ingin terus menambah nasi. Lupakan dietmu, Gaes.
Untuk bisa mencicipi makanan ini sangat mudah, karena banyak sekali penjualnya di sepanjang jalan-jalan di Surabaya. Rumah makan rumah makan, restoran, maupun warung emperan pinggir jalan. Biasanya menu ini dihidangkan dengan sambal terpisah agar penikmatnya bisa menyesuaikan selera pedasnya, dan kerupuk udang yang lebar. Sudah kebayangkan nikmatnya rawon? Akan lebih nikmat jika tidak hanya dibayangkan. Tetapi, Cuss mampir di rumah makan yang menyediakan rawon khas Surabaya.
BACA JUGA: 6 DESTINASI WISATA KEREN YANG PATUT DIKUNJUNGI
Makanan yang mengandung bumbu berupa petis udang, kacang tanah dan kecap ini sangat cocok dimakan dalam suasana apa pun. Musim panas jadi, musim penghujan juga mantap.
Namun begitu, makanan yang berbahan dasar tahu dan telur (tahu dipotong-potong kecil, didadar dengan telur, lalu dipotong-potong) dan lontong ini lebih pas jika dinikmati sebagai pengganjal perut sementara. Karena meskipun ada potongan lontong yang dapat mengenyangkan perut, serta bertabur tauge rebus, bawang goreng, dan kerupuk unyil, kenyangnya makan tahu tek tidak akan bertahan lama. Sebentar saja kamu bawa jalan-jalan, perutmu pasti akan berasa keroncongan lagi.
Semanggi
Makanan khas Surabaya lainnya adalah, Semanggi. Di Lampung tempat saya lahir dan tumbuh sebelumnya, daun semanggi merupakan tumbuhan liar yang banyak di jumpai di pematang sawah. Tetapi sepertinya belum ada yang tahu jika tumbuhan ini bisa dikonsumsi oleh manusia, sehingga daun semanggi di sana dianggap sebagai tumbuhan yang tidak berguna, sehingga orang memusnahkannya ketika hendak memulai bercocok tanam.
Saya tidak pernah menyangka, di Surabaya tumbuhan ini bisa disulap menjadi makanan yang enak khas Surabaya. Bahkan banyak yang sengaja membudidayakannya menjadi tanaman yang bermanfaat.
Olahan semanggi ini sangat unik. Daun yang sudah matang ditaruh dalam pincukan daun, disiram dengan saus bumbu yang berlimpah. Sekilas mirip dengan pecel, tetapi keduanya sungguh berbeda. Jika pecel menggunakan bumbu kacang goreng yang dihaluskan, saus semanggi terbuat dari ubi jalar yang digoreng. Bumbu pecel berasa ada kencurnya sedangkan semanggi tidak menggunakan kencur sama sekali.
Semanggi banyak dijual di pinggir-pinggir jalan oleh ibu-ibu. Mereka biasanya mangkal hanya dengan membawa peralatan sederhana rinjing sebagai wadah untuk membawa semuanya, yang digendong dengan menggunakan selendang saja. Tikar dan kursi untuk duduk para pembeli.
Satu pincuk semanggi hanya dihargai Rp. 10.000 saja. Sangat murah dengan porsi yang lumayan besar, dengan pelengkap 4 varian rempeyek yang bisa dipilih oleh pembeli. Kacang tanah, rebon (udang kecil yang telah diawetkan), teri, dan kacang hijau. Ukuran rempeyeknya pun luar biasa besar dan pembeli bisa pilih mau varian apa. Bisa juga dipilih semua, karena satu pincuk semanggi akan mendapat 3 - 4 rempeyek. Wow banget, apalagi bagi yang suka ngemil kriuk-kriuk.
Makanan semanggi juga sangat cocok untuk kamu yang vegetarian, tinggal disesuaikan saja dengan rempeyeknya. Jangan meminta peyek yang teri dan rebon tentunya.
Lontong Balap
Makanan ini pakai lontong Gaes. Yaelaaah namanya juga lontong! Lontong Balap.
Jelas ya. Terdiri dari irisan lontong, tahu goreng, lentho (campuran terigu, dan kacang ucu yang dibumbui, dibentuk kayak perkedel, lalu digoreng), dan tauge panjang yang banyak. Disiram dengan kuah sayur tauge, beri kecap, dan sambal khusus berwarna hitam. Sekilas lontong balap ini isinya agak mirip dengan ketoprak yang sering kita jumpai di pinggir jalanan Jakarta. Bedanya, kalau ketoprak memakai saus kacang, dan teksturnya kental, sedangkan lontong balap menggunakan kuah berlimpah seperti soto.
Spikoe
Siapa yang tidak kenal spikoe? Namanya sudah sangat terkenal. Makanan satu ini bukan untuk teman nasi tentu, tetapi bisa dijadikan oleh-oleh buat keluarga tercinta ketika pulang ke rumah selepas jalan-jalan di Surabaya.
Spikoe berupa kue berlapis yang lembut ini sebenarnya kue khas jaman kolonial Belanda, tetapi menggunakan bahan rempah Indonesia, di antaranya kayu manis, cengkeh, pala dan lain-lain. Jadi tidak heran jika kue spikoe ini rasanya beda dari kue kue lainnya. Karena memang mengandung rempah yang membuatnya berbeda.
Sayangnya makanan yang bentuknya kue basah ini hanya bisa bertahan 3 - 5 hari saja jika di suhu ruang. Tergantung dikukus atau dipanggang. Jadi akan sedikit riskan jika dibawa sebagai oleh-oleh yang memakan perjalanan panjang.
Selain itu harganya juga lumayan mahal jika dibandingkan kue lainnya, karena memang menggunakan bahan yang berlimpah. Penggunaan telurnya saja bisa sampai puluhan butir.
Gimana? Sudah cukup tergoda dengan 5 tawaran kuliner khas Surabaya yang menggiurkan di atas? Sekarang, saatnya buat kamu mencari dan mencicipi sendiri kelima makanan tersebut. Kenyang, puas, dan gak bikin isi kantong jeblok.
Ida Raihan
Surabaya, Kamis, 09 Januari 2020 (13:22)
Aku langsung googling tampilan semanggi kaya gimana mak, penasaran soalnya :) Jadi kepingin tahu tek halah semua aja aku mau :)
ReplyDeleteAlah iya, aku bekum sempet masukin photony. Buru buru uploadny.
Deletewah aku cuma tahu rawon doang hihihi. kalo spikoe penah makan versi pake talasnya di bogor sini ada yg jual. ternyata yg bikin mahal itu jumlah telurnya ya. pantesan enak :)
ReplyDeletemakanan yg lain aku belum cobain. jadi pengen...
Kalo ke Surabaya emang siap siap kuliner pedas manis ya mbak Ida,
ReplyDeletetapi favorit aku selain rawon, lontong balap, juga rujak cingur, eh itu masuk kuliner Surabaya bukan ya?
Ya Allah, enakk2 semua... Aku blm pernah coba tahu tek dan pecel semangginya... Semoga dikasih kesempatan main ke Surabaya setelah badai covid 19 ini berlalu. Langsung laper deh Mba baca ini, hehehe
ReplyDeleteYang belum pernah nyobain nih Lontong Balap, mak. Enak kayake ya pake lentho gitu. Duuh ngiler deh ngebayangin makan Lontong Balap dan makanan enak khas Suroboyo lainnya.
ReplyDeleteRawon dan Tahu Tek aku tau, tapi baru nyobain rawon aja. Kalau Semanggi dan Spikoe malah ga kebayang kayak gimana walau Ida bilang Semanggi kayak pecel. Duh, seru ya perjalanan Ida, aku mah dari kecil sampe sekarang di Bandung aja hihihi
ReplyDeleteSemanggi sama spikoe belum tahu gimana modelnya mbak, hehehe. Jadi penasaran karena gak ditampilkan. Kalau rawon sama tahu tek sukaaa
ReplyDeletetahu Thek dan Lontong balap, dua kuliner yang selalu bikin kangen ke Surabaya. Meski bisa beli dua menu ini di kota lain, tapi entah kenapa rasanya kok beda dengan tahu thek dan lontong balapnya di SUrabaya ya.
ReplyDeleteKalau rawon, saya suka bikin sendiri tapi bumbunya minta di buatin oleh Kakak. Jadi kalau mau habis, order sama kakak dan pas mudik siap deh di bawa ke Yogya. Jadi rasa rawon nya boleh lah di bilang gak KW
Spikoe yang di Surabaya emag gak ada tandingannya. Dulu langgananku deket kantor, di area Dinoyo itu, aku kok lupa nama toko kuenya, Suzana atau apa ya.
ReplyDeleteKalau semanggi kyknya skrng makin langka ya mbak? Di kampus dulu ada penjual semanggi mbah2 gtu katanya jalan kaki dr Gresik, cuma bisa nggumun, beneran atau gak hehe
Pengen cobain Spikoe, belum pernah, tapi pas lihat bahan2nya bisa puluhan butir telur aku jadi agak ragu ya hahaa..
ReplyDeleteAku kalau ke Surabaya biasa makan rawon to mba Ida wkwk yang lainnya sama sekali belum pernah liat dan baru tahu malah :D tar semoga bisa ke Surabaya lagi
ReplyDeleteWah banyak makanan yang belum aku coba waktu di Surabaya... Jadi pengen nyoba main kesana untuk hunting kuliner deh, tau tektek nampaknya enak ya sista
ReplyDeleteAku kalo ke Surabaya pasti carinya bebek goreng. Kapan hari sebelum Covid 19 sempat ke Surabaya dan mau makan lontong balap, tapi nggak jadi. Belum jodoh
ReplyDeleteRujak cingur ga masuk list mba ??
ReplyDeleteAku taunya rawon sama Lontong balap aja, hahaha kayanya aku kurang eksplore kulinernya nih
Nah kalo di Jakarta, Semanggi itu nama jalan :D
Rawooonnn aku suka rawonnn. Pengen pulang jatim mak. Kangen banget sama orang tua huhuhu. Pgn ke surabayaa
ReplyDeleteAku sempat coba semuaaa nih mba waktu terakhir main ke Surabaya...sipoenya dibawa untuk oleh - oleh. Memang makanannya enak semua yaa..aku sampai ke Maduraa lho demi bebek hehehee
ReplyDeleteRawoon, aku rindu banget dengan kuliner satu ini. Di sumatera ngak pernah ketemu, dulu sering makan waktu di jogja.
ReplyDeletesemua udah kucoba kecuali semanggi. Kok lucu sih si semanggi, jadi semacam pecel tapi agak beda juga di bumbunya ya maaaak. penasaran jadi pengen cobain :D
ReplyDeleteRujak cingur ga masuk, Mbak?Saya sgt terkesan denga rujak ini. kriuknya cingur + segernya nanas & bengkuang plus bumbu yg lezaat...Oh ya, ada es krim legendaris juga di Surabaya, lupa nama tempatnya.
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah semua
ReplyDeleteMeskipun ada beberapa yang ga tawar di perutku
Mungkin karena bukan lidah asli Jawa
Pernah makan tahu Tek., dibuatin temen dan enak banget, apalagi kalau makannya di Surabaya asli yah tambah enak deh
ReplyDeleteSemanggiiiii kangen banget akuuuu, ga bisa mudik ini kudu sabar,, sampe aku minta tanteku kirimin bumbu petis segala demi mengibati kerinduan,, bahkan menu lebaran nanti sudah diputuskan ala surabaya aja semua karena ga bisa mudik,,
ReplyDeleteWah, kue Spikoe ini kue favoritnya nenekku, Mbak. Dia jago banget nih bikin kue ini, meski tanpa oven. Aku ingat sekali waktu kecil dulu, setiap lebaran nenek bikin kue ini pake belanga besar. Rasanya ueeeeennnaak tenan. Tapi sayangnya, sampai dia meninggal ga ada satupun anak-anaknya yang bisa mewarisi bakatnya bikin kue spikoe ini.
ReplyDeleteFavoritku kalo ke surabaya pasti tek telor sama sate klatak kaak. Rawon juga ngga boleh dilewatin pastinya. Tapi, makanan di sana mah enak semua buat lidah ipeh hehehe
ReplyDeleteWaah aku belum pernah coba Semanggi Mbak. Kalau rawon meski bukan asli Surabaya ada yang jual deket rumah kalau pas kangen Rawon. Yang jual orang Jawa Timur juga kok Mbak
ReplyDeleteRawon Surabaya dan Spikoe Surabaya nih kak yang rasanya ga ada yg menyamai kalau bukan di Kota Asalnya. .klo di Jkt ada aja yg kurang.. misal rawon nya kurang bumbu kluweknya malah jadi kyk bumbu gule atau kue spikoe nya malan jadi kyk bolu hehehe yg paling pas ya belinya di Surabaya ya
ReplyDeleteBaru rawon aja nih yg pernah aku coba. Berarti artinyaaa, perlu jalan-jalan ke Surabaya nih nanti setelah pandemi berakhir.
ReplyDeleteWah udah lama gak ke Surabaya... sukanya makan rawon tuh di sana... soalnya di tempat saya gak tau di mana makan rawon yg recommended kaya di Surabaya,, kuah biji kluwaknya itu lohh, khas
ReplyDeleteRawon ini ternyata khas Surabaya ya Mbak Ida. Soalnya hampir di seluruh wilayah Indonesia kita tuh ngerasain rawon, meskipun dengan cita rasa Yang berbeda-beda pastinya. Jadi pengen ke Surabaya dan nyobain rawonnya yang khas banget seperti apa
ReplyDeletekangen banget sama makanan tahu tek-tek. dulu di jakarta ada yang jual nih dan enak banget. tapi sekarang udah gak jualan padahal dia doang yang jual tahu tek-tek. kangeeen. makasih mba ulasannya jadi penasaran sama lontong balap hehe
ReplyDeleteBaru pernah makan rawon aja, tapi bukan yang asli surabaya sih, tapi bikinan emak di rumah. Kalo ke surabaya pengen deh ngicipin kulinernya
ReplyDeleteSaya pernah makan rawon sekali Mbak, waktu itu diajak sama teman yang berasal dari Jawa Timur. Enak di lidah, dan bikin pengen nambah. Waktu itu makan rawonnya pas ada agenda kampus ke Bali, kalau di Padang gak tau cari rawon di mana
ReplyDeleteTahu tek dan lontong balap termasuk favorit saya. Dulu waktu sering ke Surabaya, kami punya pedagang lontong balap langganan. Tiap pagi pasti beli sarapan di sana.
ReplyDeleteWaktu ke Surabaya ingin nyoba pelbagai kuliner tapi kagak sempat. Penasaran aku dengan jajanan tradisionalnya
ReplyDeleteSemuanya belum pernah. Hihihi aku gak sabar nunggu tetangga pulang. Soalnya kepengen dibuatin rawon. Karena covid jadinya mereka pulang delay sampe beberapa bulan ini.
ReplyDeletesebagai orang Sumatera saya asing dengan semua kuliner di atas. tapi penasaran juga pengen mencicipinya. Semoga nanti ada rezeki dan kesempatan bisa ke Surabaya.
ReplyDeleteAku tergoda dengan lontong balapnya, kelihatannya enak, kapan kapan bolehlah aku di antar ke sana mbak
ReplyDeleteRawon favorit niih, meski hitam pekat tampilannya
ReplyDeleterasanya bikmat luar biasa apalagi kalau ditambah tempe goreng wah surga dunia sedang berada di pangkuan hihihi
Emoticon