"Teruslah menulis, karena setiap tulisan pasti akan bertemu takdirnya masing-masing."
Kurang lebih begitu kutipan yang pernah saya baca di postingan facebook penulis senior Mbak Ifa Avianti beberapa tahun lalu. Saya yang ketika itu sudah lama tidak menulis lagi, menjadi terlecut semangatnya untuk kembali menulis. Meskipun bukan dalam bentuk buku, setidaknya saya masih bisa menulis untuk blog pribadi saya.
"Kita tidak akan pernah tau kemana takdir tulisan kita. Tulisan mana yang akan bertemu takdir baiknya."
Jadi tetaplah menulis.
Hobi membaca dan menulis yang saya miliki sejak kecil, menjadikan saya suka membuat coretan-coretan ringan di buku-buku bekas ketika masih di bangku sekokah dasar dulu. Berupa cerpen atau cerita bergambar. Ketika ada teman yang main ke rumah sepulang sekolah, mereka akan menemukan kertas berserakan, entah di meja, tanah (lantai tanpa ubin/keramik) maupun amben. Dan mereka akan membacanya. Seringnya saya akan peroleh pujian setelah itu. Senang donk pastinya. Hehe, namanya juga anak-anak. Orang dewasa aja suka dipuji apalagi anak-anak ya. Hahaha.
Saya tidak pernah berfikir, bahwa kelak setelah dewasa, saya akan dipertemukan dengan takdir di dunia kepenulisan. Saya yang tidak pernah bermimpi menjadi seorang penulis, akhirnya bisa membuat tulisan yang berhasil dimuat di beberapa koran, tanloid, dan majalah di Hong Kong dan Taiwan dan Indonesia. Lalu menulis antology keroyokan dengan teman-teman penulis dari berbagai daerah di Indonesia. Menulis berempat, bertiga, duet, hingga buku solo. Waktu itu, saya masih berstatus sebagai Buruh Migran Indonesia (BMI). Yang justru karena itulah, saya jadi sering "dicari orang". Hampir semua dari mereka adalah dosen yang akan menyelesaikan studynya, atau melakukan penelitian.
Waktu berlalu, tidak ada lagi yang mencari saya. Tidak ada lagi yang mengenali saya. Emang siape elo? Wakakaka.
Yang terbaru tulisan saya adalah, sebuah cerpen berjudul "Menanti di Tepi Neraka" yang saya kirimkan dan dimuat di Radar Surabaya pada awal 2016. *Ngakak lagi. 2016 Cuuyy...
Hingga awal di tahun 2019 ini, seseorang yang mengaku bernama Jafar kembali menghubungi. Seorang Professor di Jepang (sekarang tinggal di Paris), meminta ijin untuk menerjemahkan dua buah karya cerpen saya ke dalam bahasa English. Jelas saya mengijinkan. Takdir baik menyapa dua cerpen yang saya tulis tahun 2008-an.
Cerpen yang pernah saya ikut sertakan dalam sebuah lomba kepenulisan namun tidak menang.
Tidak lama kemudian saya menerima paketan buku berbahasa Inggris dengan judul At a Moment's Notice, kumpulan antologi yang di dalamnya ada dua cerpen karya saya. Buku tersebut dijual di Sogo dengan harga Rp. 421.000. Wow! Buku termahal yang pernah memuat karya saya.
Tidak lama setelah terbitnya At a Moment's Notice. Seseorang kembali menghubungi saya via messenger. Melihat namanya yang mirip orang barat, awalnya saya sempat mengabaikan, karena mengira itu adalah spammer yang suka berkirim bunga dan gambar tak layak. Namun setelah membawa perkenalan darinya, saya menjadi yakin, bahwa dia memang menghubungi saya untuk suatu keperluan. Carlos Piocos namanya. Seorang dosen di Universitas De La Salle di Manila, yang sedang menyelesaikan PhDya di Universitas Hong Kong.
Ya, dia benar-benar menyapaku untuk suatu keperluan. Bukan seperti para pria tinggi besar yang suka mengirim gambar bunga di inbox messenger, yang kemudian mengirimkan gambar "asetnya" yang menjijikkan.
Dan sekali lagi, ini takdir baik selanjutnya bagi karya saya yang sudah bertahun-tahun lewat. Tiga cerpen saya masuk ke antologi bahasa Tagalog. Bahasa penduduk Philipina. Walhamdulillah.
Ida Raihan
Surabaya, Selasa, 03 Desember 2019 (11:07)
Sangat menginspirasi mba..terus update
ReplyDeleteMakasih Kak.
Deletekeren sekali, jadi inspirasi banget ini ..
ReplyDeleteJadi semangat nulis lagi nie Kak.
DeleteKok jadi makin pengen nulis buku ya?
ReplyDeleteTapi bingung mau nulis apa dan mulai darimana hehehe
Mulai dari sekarang aja Mas 😁
DeleteKeren...kk ida menginspirasi... terus berkarya kak... edan..cerpennya udah dialihbahasakan ..mantab
ReplyDeleteKeren sekali Mbak. Bravo! Ajarin bikin cerpen dong ^^.
ReplyDeleteKalau sekarang lebih sering nulis artikel di blog ya daripada cerpen?
Dr kecil seneng banget baca cerpen. Maksudku tuh ya pen punya novel bikin sndiri, cmn konsistensi itu yg lg dipupuk. Kadang bosan nulis, hiks
ReplyDeleteMbaj Ida hebat, deh. Alhamdulillah, turut senang sekaligus tak mengira bahwa Mbak Ida ternyata punya sejarahnya sebagai penulis.
ReplyDeletePencapaian yang luar biasa dengan buku fiksi. Apakah beroleh royalti?
Saya sudah lama tidak menulis cerpen. Terlalu sibuk dengan hal yang kurang memneri jeda. Selamat, ya, Mbak. Teruslah menulis dengan bahagia.
Pasti senang banget karyanya bisa dialihbahasakan ke bahasa asing. otomatis karyanya bisa dinikmati oleh lebih banyak orang. Dan tentu saja jika karya kita menginspirasi dan menyenangkan banyak hati, kebaikan insyaallah akan menghampiri. Selamat ya Mbak. Bangga saya membaca artikel ini dan mendorong saya untuk terus menulis. sekali lagi terima kasih banyak..
ReplyDelete2 kata buat kak Ida, sangat keren.
ReplyDeleteMomen tersebut sangat langka dan pasti sangat susah didapatkan kalau tidak rezeki.
Kapan karyaku dapat apresiasi ya. Hehe... Mimpi aja aku ni.
Ih keren banget sih dirimu mba. Bahagia banget yaa kalo karya kita diapresiasi bikin kita semangat untuk berkarya lagi.
ReplyDeleteSelamat kaka, senang ya kalau karya kita diapresiasi kalau aku barubmasuk dunia tulis menulis semoga dengan seiring berjalannya waktu bisa seperti kaka wkwkwk mimpinya ketinggian ya kak, kalau kata kak arievrahman teruslah menulis karena kitabtak akan pernah tahu akan dibawa kemana kita dengan menulis
ReplyDeleteMba ida emang panutaaaan. Senang sekali bisa kenal penulis perempuan berbakat. Semangat Mba Ida, semoga karya-karya lainnya juga mendapat kabar baik seperti ini. Amiin.
ReplyDeleteWOAAH SELAMAATTTTTTTTT...
ReplyDeleteIni hanyalah awal dari cerpenis handal mb Ida :)
Keep the good work up ya mbak... :D
Tulisan juga akan bertemu pembacanya sendiri. Kata para penulis teladan. Heheh
ReplyDeleteSaya sih gak bisa nulis cerpen atau fiksi. Baru bisa nulis2 biasa gini kak. Tapi pengen juga berlatih nulis hal hal baru deh..
Masyaallah mbak, keren banget deh cerpennya bisa diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan juga Philippina, tulisannya menemukan takdirnya. Mana harga bukunya juga mahal :)
ReplyDeleteSelamat mbak :)
selamat ya kak
ReplyDeletemmemang yang namanya tulisan selalu punya nasibnya masing-masing
kita ga pernah tahu
buku bisa laku bisa dapat penghargaan, bisa sampai ke pembaca entah di mana
Mbak Ifa Avianty itu novelis favoritku juga lho Mbak.. Bener banget bahkan setiap tulisan slalu ada pembacanya, sm kaya setiap naskah buku slalu ada jodoh penerbitnya.
ReplyDeleteSelamat ya Mbak
Keren, Mba. Duh jadi penasaran berapa royalti yang diterima.. Hehehe dasar ya saya kepo.
ReplyDeleteSemoga lancar terus karyanya ya, Mba
Sungguh menginspirasi banget mbak, jadi penasaran sama cerpen mbak yang diterjemahkan Professor itu. Saya jadi bersemangat juga mau nulis
ReplyDeletewaw selamat mba. MasyaAllah keren banget deh cerpennya sudah diterbitkan dalam bahasa Inggris dan Tagalog!
ReplyDeleteSaya jadi teringat kata-kata penulis senior, katanya tulisan itu seperti anak yang ketika ia telah lahir, ia akan berkelana. Selamat atas karyanya yang sudah diterjemahkan ke 2 bahasa asing, Mbak
ReplyDeleteWah, asyik nih mbak. Pokok e terus nulis ya ntar ketemu takdirnya masing2. Masalahnya aku suka moody. Klo udah keluar malesnya biyuhhh. Anyway keren pengalamannya mbak.
ReplyDeleteMasyaallah...keren.. Semoga terus berlanjut ke naskah2 yang lain ya mbak... Selamat
ReplyDelete