Mungkin tidak semua mengalami hal ini ya, karena saya menuliskan ini berdasarkan pengalaman yang saya alami pasca melahirkan secar, anak pertama dan kedua.
1. Menangis Tanpa Rasa
“Ibu kenapa menangis?” Tanya dokter ketika anak pertama saya lahir. Saya tidak bisa menjawab karena semakin terisak. Pertanyaan itu pun diulang, baru saya bisa menjawab, “Tidak tau, Dok. Tiba-tiba saja.” Dan tangis saya masih berkelanjutan, hanya saja saya tetap tidak tahu kenapa saya menangis. Hati saya seperti mati. Mungkin ikut imbas dari bius yang sedang berlangsung.
Ketika saya telah dipindahkan ke kamar lain, suami sudah ada di sana. Menunjukkan photo-photo bayi kepadaku. Saya hanya melirik sebentar, kemudian kembali menangis. Tetap belum tahu menangis karena apa.
Anak Kedua
Pertanyaan, “Ibu kenapa menangis?” kembali dilontarkan tetapi bukan dari dokter kandungan melainkan dokter anestesi yang stanby di atas kepala saya. “Tidak tahu,” lagi-lagi jawaban itu yang keluar.
“Itu tangis haru, Bu. Bahagia.” Katanya. Tangis saya pun berhenti. Berganti dengan mual-mual. Dibantu oleh dokter anestesi, mual hilang. Tidak lama berubah jadi batuk-batuk.
“Jangan batuk, Bu.” Katanya lagi. Saya tetap tidak bisa menahan. Hingga tak lama kemudian dada saya sesak. Dalam hati saya berdoa, “Jangan ambil napas ini yaa Rab. Jangan ambil nyawaku. Anak-anakku masih membutuhkanku.” Dengan cekatan dokter anastesi memberiki bantuan alat pernafasan. Tetap tidak membantu. Nafas tetap tersengal-sengal. Berasa hampir putus.
“Ya sudah Ibu tidur saja.” Kata dokter anastesi. Less.. saya kehilangan kesadaran. Pas sadar saya sudah berada di kamar tunggu, ketika perawat memanggil keluarga saya untuk dibawa pindah kamar inap.
"Apakah saya tadi dibius lagi, Dok?"
"Tidak."
"Kalau gitu, saya dihipnotis?" Pria itu tersenyum sebentar.
"Apakah saya tadi dibius lagi, Dok?"
"Tidak."
"Kalau gitu, saya dihipnotis?" Pria itu tersenyum sebentar.
2. Merasa Sendiri Dan Sedih
Pasca anak pertama lahir dulu, saya mengira sepi dan rasa sendiri yang saya rasakan efek dari ketiadaan teman saat jelang operasi. Saat itu suami pergi Jum'atan, sedangkan keluarga jauh semua. Kami hanya berdua tinggal di Cikarang. Alhasil saya benar-benar merasa sendirian berjuang melahirkan.
Namun, ternyata saya salah. Pasca secar anak kedua, saya juga mengalami rasa sendiri dan sedih, walaupun tidak berkepanjangan. Mungkin efek dari rasa lelah, karena kurang tidur. Ditambah jelang kepulangan, anak justru masuk ruang ICU karena bilirubin. Harus dilaser selama satu malam. Akhirnya saya putuskan untuk tetap bertahan di rumah sakit demi bayi yang baru lahir agar tetap bisa menyusu ketika haus. Saya tidak mau meninggalkannya, meskipun saya saya harua keluar kamar. Tidak mengapa, saya tidur di ruang tunggu.
Benar saja, asip yang saya tinggalkan sebelumnya sama sekali tidak memadai. Nadine (nama si bayi) membutuhkan asi jauh lebih banyak dari persediaan. Alhasil, satu malam itu saya tidak tidur, kedinginan karena duduk-duduk dikursi lorong rumah sakit, dan harus terus-menerus memerah asi hingga pagi, agar si bayi tidak kelaparan.
Benar saja, asip yang saya tinggalkan sebelumnya sama sekali tidak memadai. Nadine (nama si bayi) membutuhkan asi jauh lebih banyak dari persediaan. Alhasil, satu malam itu saya tidak tidur, kedinginan karena duduk-duduk dikursi lorong rumah sakit, dan harus terus-menerus memerah asi hingga pagi, agar si bayi tidak kelaparan.
Pagi tenaga saya seperti telah terkuras habis. Saya ingin segera ada panggilan suster yang mengabarkan Nadine boleh dibawa pulang.
Sekitar pukul 09:00 panggilan itu baru datang. Saat saya mendatangi suster yang memanggil, saya sudah tidak kuat rasanya. Airmata tumpah, saya lari ke pojok rumah sakit. Menangis tersedu-sedu. Tidak ada yang tahu, betapa saya lelah jiwa raga. Tergugu di kursi pojok salah satu ruang tunggu. Suami dan Nurul (nama anak pertama), sedang ke lantai bawah untuk mengurus administrasi.
Jelang dzuhur Nadine boleh dibawa pulang.
3. Depresi
Seminggu setelah kelahiran anak pertama, saya masih ditemani ibu mertua, namun di minggu ketiga saya sendiri lagi, karena suami harus bekerja. Berangkat pukul 06:30, pulang pukul 21:30. Hampir setiap hari saya menangis yang tidak beralasan.
Ketakutan-ketakutan terus datang silih berganti. Ruang imaginasi begitu jahat menghantui. Memunculkan mahluk-mahluk mengerikan di depanku. Lobang misteri raksasa yang akan menelan kami, dinosaurus yang akan menginjak kami, pesawat tempur yang akan menembak kami. Dan sebagainya.
Setiap suami sudah berangkat kerja, saya selalu segera menyembunyikan pisau dapur agar tidak terlihat oleh mata saya. Takut khilaf. Dan saya tidak berani menceritakan apa yang sering terlintas dibenak saya, yang intinya, Naudzubillahimindzaalik.
Dibutuhkan Pendampingan
Adalah benar, pasca melahirkan, terutama secar, sebaiknya ibu dan bayi jangan dibiarkan sendirian, karena demi Tuhan, itu terasa berat sekali. Dia butuh perhatian, dia butuh ditemani.
Di sini, peran suami sebagai orang terdekatnyalah yang sangat dibutuhkan. Secapek apa pun sepulang kerja, sempatkanlah mendengarkan cerita istri di rumah, meskipun hanya beberapa menit.
Para suami, Sempatkanlah mendekapnya walau beberapa detik. Mungkin istrimu ingin menangis dalam pelukanmu, mungkin istrimu butuh rengkuhan.
Percayalah, hatinya akan tenang setelah ia peroleh rengkuhan dari orang yang dianggapnya bisa melindungi. Dia akan merasa aman setelah seharian berjuang dalam kesendirian melawan ketakutan-ketakutan.
Surabaya, Kamis, 27 Juni 2019 (10:42)
Ya Allah.
ReplyDeleteMerinding aku baca artikel blog ini mbaaa.
Semoga Allah menjaga semua ibunda di muka bumi ya mbaa
Makasih Mbak Say. Buat perhatian kaum bapak.
DeleteHai Mba Ida, yang kuat ya :) Kalo masih suka sedih dan depresi mungkin ada baiknya ke psikolog/psikiater supaya lebih terbantu. Saya pernah merasakan hal yang sama, kalo kata psikolog saya sih one step at a time, dan banyak-banyakn inhale-exhale.
ReplyDeleteSemoga sekarang semuanya baik-baik saja.
ReplyDeleteMak Ida mengalami sindroma baby blues, ya sepertinya. Semoga tidak ke arah sindroma PPD (Post Partum Depression). Semoga sekarang semuanya sudah baik-baik saja, memang benar peran suami besar sekali bagi ibu yang baru melahirkan, baik itu melahirkan secara normal ataupun caesar. Kalo saya, pernah mengalami baby blues tapi alhamdulillah berhenti sendiri dan hanya saat anak pertama (saya melahirkan secara normal). Alhamdulillah anaknya sekarang tamat SMA.
Semoga sekarang hari-harinya bahagia terus ya Mak Ida :)
Saya gak merasakan hal-hal seperti itu meskipun lahiran secara caesar juga. Tetapi, memang hal ini gak bisa diabaikan. Terutama oleh terdekat. Ibu yang baru melahirkan, perlu mendapatkan perhatian
ReplyDeleteHal-hal seperti ini memang sebaiknya diketahui juga oleh suami atau keluarga terdekat lainnya, ya. Biar mereka ikut peduli :)
DeletePenting banget syndrome ini di sosialidasikan karena kalau orang tidak paham dikira sang ibu yang bermasalah, padahal justru pada ini ia membutuhkan pendampingan...
ReplyDeleteBaru melahirkan anak.ke-3, kali ini sc yg kdua kali. Klo pas ditanya sc apa normal. Tamunya kecewa karena jawabku sc hehe.
ReplyDeleteMenurut aku sc pun berat. Bener, bisa depresi klo nggak ada support dari orang tersayang..
Kebetulan saya juga dua kali sesar, anak kedua dan ketiga, anak kedua sesar tapi dikelilingi keluarga besar,jadi ngak enggak ada perasaan yang gimana gitu. Tapi anak ketiga lahir di perantauan, alhasil hanya bersama suami dan dua anak yang masih kecil, jadi ngalamin juga perasaan seperi itu, tiba-tiba nangis tanpa sebab, merasa lelah dan agak putus asa, apalagi anak pertama dan kedua laki-laki, tapi untunglah suami banyak membantu melewati masa-masa kritis ini. Alhamdullilah sekarang anak-anak sudah remaja, support suami memang penting banget ya mak.
ReplyDeleteSedih banget baca ceritanya. Mungkin rasanya mirip seperti kesepian ya, karna tidak ada yang mengerti. Semoga para Ibu kuat, tabah, dan tetap semangat yaaa..
ReplyDeleteMemang mbak seperti yang diuraikan di atas, saya juga dua kali di sc dari anak pertama dan kedua. Ada rasa sendiri, nangis tidak jelas dan kadang sayang banget sama anak-anak berlebihan. Tapi syukurnya semua itu dilalui dengan mudah karena senantiasa minta pertolongan Sang Pencipta mbak. Semangat kita...
ReplyDeleteWah merinding saya membacanya mbak.
ReplyDeleteAlhamdulillah semua sudah terlewati ya, dan mbak bisa kuat melewatinya dengan baik
Ikutan nangis bacanya, Mbak. Semoga nanti kalau melahirkan anak ke tiga nggak kena baby blues lagi. Sering baca tentang baby blues dan PPD. Sedih bangat kalau para Ibu ini tidak mendapatkan dukungan dari suami atau keluarga. Bisa jadi juga para suami nggak paham. Malah ada yang mengganggap istinya 'aneh'. Semoga semakin banyak para suami yang bisa memahami periode gelap para istri setelah melahirkan.
ReplyDeleteWaktu anak kedua lahir dengan sesar, aku juga merasakan useless karena sakit banget ditambah demam yang biasanya mandiri lalu bergantung sama orang itu bikin aku kesel..
ReplyDeletesuami kerja, di rumah sepulangnya ART tinggal aku sama anakku yg bayi dan yang gede ngoprek aja hahaha aku nangis2 mulu mba :p
i feel u pisan yang mb ceritain, semoga kita selalu diwaraskanNya aamiin sehat2 selalu
alhamdulillah istri saya lahirannya normal
ReplyDeletePerjuangan seorang ibu itu emang ga ada habisnya. Gak cuma menahan sakit selama mengandung dan melahirkan namun juga harus menjaga mood pasca persalinan. Aku emang belum menikah kak tapi cerita-cerita para ibu buat hatiku selalu hangat. Dan yah info kaya gini harus banget diketahuin semua perempuan yang sudah atau akan menjadi ibu.
ReplyDeleteBtw salam kenal kak, sudah ku follow yaa ignya, terus bagikan hal bermanfaat yah :3
MasyaAllah, baby blues pasca lahiran SC sampai segitu ya Mbak? Huhuhuh, sedih dan merinding bacanya. Tapi ini gak menyurutkan Mbak kan ketika kelak nanti kembali diberi amanah lagi? Peluuukkk :)
ReplyDeletebaby blues itu menurut saya proses alamiah sich. Akan dialami setiap ibu yang habis melahirkan. Hanya saja tingkatannya berbeda-beda, karena sikonnya juga berbeda. Mereka yang terpenuhi semua kebutuhannya, artinya ada suami yang perhatian, ibu yang sabar mendampingi, keluarga lain yang mendukung, serta teman-teman yang menghibur, maka baby blues tak terasa. Sementara yang mengalami hal sebaliknya, rasa sendiri akan terasa semakin kuat. Jalan satu-satunya adalah Ikhlas Lillahitaala dan bersyukur. Karena keduanya akan membuat hati kita tenang dan merasa bahagia. Insyaallah ...
ReplyDeleteSemoga baik-baik saja ya mbak.. Peluuk.
I guess that’s the symptoms of baby blues mba. It gets worst as you went through an C-section. But there are ways where you can find the solutions and have frank dialogues with your husband and your family
ReplyDeleteHuhuu bener banget ini. Aku juga ngerasain baby blues walau cerita nya berbeda. Aku pernah cerita juga pengalaman tentang baby blues, trus temenku yang memang laki2 sih, bilang kalau itu cuma penyakit zaman sekarang. Sebel ga sih denger nya.
ReplyDeleteSaya juga kemarin ded-degan Mbak. Jadi keponakan saya akhir april juga lahir sesar. Harus dirawat juga seminggu lagi, padahal mamamya sudah pulang duluan. Malah kata adik saya butuh donor darah, tapi ga jadi. Alhamdulillah bisa teratasi
ReplyDeleteSemangat ya Mbak!
ReplyDeleteKalau aku liat sih tiap orang beda2 baik secar atau normal tetap butuh yang namanya dukungan setelah melahirkan. Makanya suami dan keluarga kudu aware
Baby blues ini gak hanya dialamin Ibu yang pasca SC aja , aku juga sempat ngalamin baby blues gara gara susah menyusui kemarin. ASI sih alhamdulillah deres, nah saking deresnya aku PD ku bengkak, tapi anak belum pinter nenen jadi berdarah. ya Allah itu aku cuma bisa nangis dsn jadi depresi banget
ReplyDeleteIni enggak cuma dialami ibu pasca SC aja sih.. Tapi pasca melahirkan. Atau bahkan setelah lewat melahirkan beberapa bulan juga masih bisa. Penolongnya, kita sendiri. Caranya, cerita sama suami atau teman terdekat. Aku inget, dulu tiap suamiku pulang kerja aku menyambut dia dengan nangis. Lalu cerita sambil sesenggukan. Setelah itu, lumayan lega.
ReplyDeleteAq ngalamin baby blues pas anak pertama, tp gak terlalu parah sih dan gak lm jg. Memang butuh perjuangan bgt, semoet ky org stress waktu itu aq. Hahaha. Setiap suami berangkat kerja aq gak mo d tinggalin, mau nya d temenin terus. Sensitif lah pokok nya. Alhamdulillah sdh lewat masa itu ..
DeleteKetika anak pertama aku merasakan sekali dunia setelah melahirkan itu betapa sepi.. memang butuh banget support dari orang orang sekitar ya mba.. khususnya keluarga.. InshaAllah jika kita bisa melaluinya dengan sabar, pasti bisa mba.. akupun banyak belajar dari kisah kisah para ibu yang lain.. agar tidak merasa sepi.. di anak kedua Alhamdulillah sudah berkurang rasa sepi itu
ReplyDeleteMerinding bacanya. Ya Allah, Mbak Ida. Kirim peluk dari jauh. Bagaimana pun tangguhnya istri tetap memerlukan orang terdekat, dalam hal ini suami, berada di dekatnya, memberi pelukan sebenar saja sudah bisa jadi pelipur lara. Semoga para suami mau lebih peduli pada istri ya.
ReplyDeleteMemang sih ya dari masa kehamilan sampai melahirkan dan beberapa bulan pendampingan suami dan orang2 terdekat itu penting agar kita ga mengalami baby blues.
ReplyDeleteJadi kayak ngaca, secara baru sesar juga 😂
ReplyDeleteTapi menurutku mo sesar atau normal sama aja
Aku normal ya baby blues. Apalagi ngerjain apa-apa semua sendiri di sini. Support systemnya kurang wkwk
Tpi insyaAllah bisa dilewati insyaAllah bisa dilewati . Semangat kitaa
Ya Allah,
ReplyDeleteKak Ida...kuat...kuat... Lebih banyak lagi cerita di blog, kak...semoga makin lega karena yang baca kita semua samasama seorang Ibu.
Aku pernah banget ngalamin dimana stres dan bawaannya pengin jadi monster kalau gak ada siapa-siapa. Kalo ada yang nemenin, alhamdulillah...emosi jauh lebih terkontrol.
Sepertinya pasca SC ini memang berat yaa...
Sehat-sehat terus kak Ida...
Cium jauh dariku...
Semoga Allah berikan kemudahan dan kesabaran selalu.
Saya pun sempat merasakan hal serupa Mbak. Malah setelah melahirkan saya hidup jadi hampa ya. Padahal seharusnya saya bahagia setelah kelahiran si kecil eh tapi ini kok rasanya hampa saja gitu. Tapi mungkin itulah efek yang dialami ibu2 setelah melahirkan baik secara pervaginam maupun sectio karena adanya perubahan hormom dalam tubuh.
ReplyDeleteSindroma baby blues ya mbak? Alhamdulillah saya nggak sempat ngalamin. Tapi buat teman2 yg ngalamin, semoga selalu punya teman yang mendampingi, baik suami. orangtua atau keluarga lainnya. Stay strong yaa
ReplyDeleteYa Allah, mbaaa... ikutan sedih membaca tulisanmu ini. Sepertinya dirimu sudah sanggup mengatasinya kan yaaa.. Semoga saja dirimu dan si kecil dalam keadaan bahagia dan sehat selalu meskipun pernah melampaui masa2 sindrom baby blues seperti ini.
ReplyDeletependampingan untuk ibu setelah melahirkan itu dibutuhkan sekali ya, apalagi melewati persalinan sesar yang kadang banyak banget pertanyaannya, kenapa kok sesar, sesar di mana, bagus gak bekas sesarnya atau semacamnya.
ReplyDeleteKayaknya gak cuma yang SC, yang lahiran per vagina pun butuh pendampingan.Pernah ngalamin BB jg tapi untungnya lingkungan membantu (atau justru krn jauh dr keluarga besar so gak ada yg ikut campur makanya aku gak setres haha). Memang yang namanya support itu sangat dibutuhkan ya mbak. Dan kalau bisa daei si ibu sendiri jangan pernah malu atau takut meminta pertolongan ke suami,saudara, teman dll kalau emang butuh bantuan, saat emosinya sdng gak stabil. Intinya menurutku mau membuka diri sih...
ReplyDeleteSemua wanita pasca lahiran butuh didampingi. Secara fisik dan mental mereka masih belum pulih.
ReplyDeleteMerasa sendiri dan sedih sering saya alami dulu ketika suami kerja dan anak rewel hehe, alhamdulillah karena banyak yang mendampingi jadi baby blues nya teratasi dengan baik. Dulu lahiran usia 20 an jadi masih belum stabil emosi saya kali yah.
ReplyDeletePukpuk mak Ida, sabar ya, Mak Ida nggak sendirian, banyak kok yang merasakan apa yang dirasakan Mak Ida.
ReplyDeleteSaya pun pernah mengalaminya, Alhamdulillah teratasi.
Dulu aku hampir kayak gini kak,, bayanhin punya anak lsg pindah terus sendiri buyangin jam 11 siang Blum makan dr pagi,, tapi harus nyusuin duhh berasa sendiri banget untungnya gak terlalu lama trus nyadar ya,kasihan baby
ReplyDeletealhamdulillah suami saya entrepeneur sehingga bisa menemani dan membantu setelah melhirkan
ReplyDeleteAnak pertama dan kedua lahir SC juga, dan itu sesuatu banget. Apalagi lahiran anak kedua. Sesuatu banget. Lahiran sc harus ditemenin suami, untungnya suami cuti. Jadi bisa jagain.
ReplyDeleteMasyaa Allah mbak. Sebuah perjuangan, tidak salah jika surga ditempatkan di telapak kaki ibu. Meskipun saya blm pernah merasakan yg namanya melahirkan, tapi dari cerita yg mbak dan teman2 saya alami saya jadi paham, betapa besar perjuangan seorang ibu. Smg sehat selalu yaa
ReplyDeleteaku juga sempat baby blues waktu anak pertama dan kedua tapi pas anak ketiga coba kuatasi nonton yg happy2 berpikiran positif, melakuakan apa yang aku suka sebagai me time misal tidur
ReplyDeletekalo menurut aku ya,masa baby blues ini sudah dimulai sejak hamil.Mungkin pengaruh hormon atau masalah dalam Keluarg.Sesuatu yang membuat kita tuh jadi mudah baper.Nebayangin repotnya,sendirinya,biayanya dan seabrek hal lain.Sadar gak sadar itu bikin kita mudsh sedih ,ngambek,marah.
ReplyDeleteaku pernah ngerasain babyblues ini mba... sempet ga mau pegang si babyi sampe 1.5 bulan. mereka full diurus babysitternya.. makanya anak2ku ga ada yg asi.. saat itu rasanya bencii banget melihat mereka.. aku tidur terpisah ga mau gabung ama si bayi. tp aku beruntung krn didampingi suami dan babysitter yg saat aku di masa2 itu, mereka malah ambil alih si baby dulu..
ReplyDeleteini jg yag bikin aku ga pgn untuk hamil lagi.. udh cukuplah 2 kali aja ngalaminnya
sehat selalu ya mbak, anakku yang ketiga juga sesar lahirannya, suka duka jadi orang tua semoga selalu diberikan kesabaran
ReplyDeleteIni yang nggak saya tahu dulu....
ReplyDeletePerjuangan secar hampir sama dengan yang normal,sama-sama memperjuangkan nyawa seseorang dan taruhan nyawa seorang ibu.
ReplyDeleteMbak kuat banget! Apapun kondisinya ibu setelah melahirkan itu adalah orang yang kuat dan keren bagi saya. Selalu terharu dan berdoa juga semoga ibu seperti mbak, bisa terus membesarkan anak dan keluarga juga gak lupa support. Makasih ya mbak buat sharingnya.
ReplyDeletesemangat terus ya bun, pasti berat banget nih jadi bener kudu di dampingi sama suami siaga yaa
ReplyDeleteAku baca ini langsung baper mbak, mana hari ini hormon juga lagi naik turun :) semoga tegar selalu ya bu.. Ternyata baby blues ini dialami siapapun ya.. Tetap semangat, tenang aja, ada suami dan buah hati yang akan menemani hehehe..
ReplyDeleteTernyata yang namanya Baby Blues itu berat banget ya.
ReplyDeleteMemang dibutuhkan pendampingan pasca melahirkan.
Pantas aja Mamiku gak pernah mau tinggalin saya sendiri di rumah waktu abis melahirkan dulu
Makasih mbak buat sharingnya. Bisa jadi bahan pelajaran kalau suatu saat nanti aku pun melahirkan. Berat ya perjuangan seorang ibu, sampai harus hadapi hal seperti ini.
ReplyDeleteTernyata walau sudah anak kedua tetap bs mengalami baby blues ya. Saya pikir bakal nggak lagi. Saya juga lg menanti anak kedua nih. Thank buat sharingnya mari saling menguatkan mom ☺️
ReplyDeleteYa Allah mbaa aku jadi ikut gimana gitu. Aku belum pernah merasakan melahirkan. Yang pasti bahagia ya mbaa. Memang butuh didampingi apalagi sedang lemah2nya pasca melahirkan sc pula
ReplyDeleteMerinding bacanya.. Apakah ini yang dinamakan baby blues mb? Atau depresi setelah n we lahirkan? Rentan dialami oleh yang lahir sesar saja atau normal juga? Pengetahuan dan pengalaman seperti ini bagus untuk dishare mb,, biar banyak yang paham dan bisa mengantisipasinya... Tfs mb. .semoga sehat selalu
ReplyDeleteDuh... Aku belum pernah melahirkan. Jadi masih perlu banyak referensi. Makasih loh kak. Bergina banget tulisannya.
ReplyDeleteKeren bgt kak tulisannya jd terharu, sungguh perjuangan seorang ibu
ReplyDeletePerjuangan ibu melahirkan emang sungguh luar biasa dan pengorbanannya bukan main. Membacanya cerita dan membayangkan sungguh ikutan sesak. Tapi tak apalah ya moms, anak sebagai tempat kita melepas jangkar di pelabuhan. Mereka harapan dihari tua
ReplyDeleteaku selalu berharap dan berdoa, semoga istriku nanti melahirkan secara normal. karena membayangkan secar saja aku ngeri
ReplyDeletePendampingan buat ibu pasca melahirkan memang sangat penting dan harus. Karena disinilah peran suami sangat dibutuhkan untuk menghibur istri untuk semangat melewati masa-masa transisi penyembuhan dan masa baby blues.
ReplyDeleteIni kek baby blues gitu bukan sih mbak? Katanya wajar ya kalo abis melahirkan begitu dan benar banget wajib ada yg nemenin banget disaat-saat begitu ya
ReplyDeleteSemua faktor hormonal ya Bund. Jadi penting banget asupan nutrisi yang bagus. Tulisan bagus banget
ReplyDeleteAku pun ngerasain hal yang sama tiap kali melahirkan. Padahal gak di SC kok. Sama aja kayaknya ya. Soalnya hormon habis melahirkan kan fluktuatif banget.
ReplyDeleteLuar biasa nih power of the mak2.. hehe
ReplyDeleteLanjut ya bun..
Untuk mengetahui tips dan manfaat mengenalkan buku sejak dari bayi silahkan berkunjung ke blog Sinyalalam ye.
Aku pernah merasakan kaya gini. Alhamdulillah ngga berlangsung lama karena ada pendampingan dari orang sekitar.
ReplyDeleteMasya Allah mbaaa. Kisah yg d ceritakan oleh ibu mengalami SC sungguhlah menjadi cerminan bahwa ga bisa kita saling judge. Karena mamahku juga SC 2-2 nya untuk aku dan adekku
ReplyDelete