Pixabay |
Maak, Emakk… selama ini bagaimana cara memperlakukan pakaian dalam bekasnya?Kutang (BH) dan celana dalam misalnya.
Kan onderdil pembungkus anggota berharga kita tu. Kalo udah gak suka atau gak layak pakai dikemanain?
Ini cerita Sabtu kemarin, ketika saya menemani suami perjalanan menuju kantor Grab di daerah sekitar Kandangan Surabaya. Suami yang memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya per Juli lalu, dan mengajak kami mudik ke Lampung akhirnya memutuskan untuk gabung menjadi driver di Grab wilayah Surabaya. Lhoh? Mudik ke Lampung, kok daftarnya wilayah Surabaya? Hahahah… insya Allah nanti saya ceritain yak.
Dengan setia, saya pun menemani beliau wara-wiri mengurus surat-surat. Dari mulai Kartu Keluarga (KK), KTP, SKCK, dan lain sebagainya. Berkali-kali ke Siola (Dispenduk) Wilayah Surabaya, kecamatan, kelurahan, kantor kepolisian dan kantor Grab. Alhamdulillah urusan beres semua meskipun memakan waktu dan tenaga juga. Puncaknya Sabtu kemarin adalah perjalanan kami memenuhi panggilan via email yang dilayangkan ke suami agar datang dan mengambil atribut driver di kantor Grab. Sebagai tanda suami siap bergabung dalam jajaran ojek online.
Terus apa hubungannya dengan Kutang bekas?
Saat perjalanan kemarin, di depan kami adalah sebuah mobil berwarna orange yang sedang membawa sampah. Mungkin sebagai supir yang menyetir, suami harus waspada melihat segala apa yang ada di depannya. Nah saat itulah dia tertawa.
“Lihat BH itu, Da.” Katanya.
“BH apaan?” Tanya saya.
“Berkibar di mobil sampah.” Ia menunjuk kutang yang melambai-lambai di belakang mobil. Talinya nyantol di sela-sela gerendel pintu.
“Yaa Salaaam.” Jelas saya tertawa. Tetapi sesaat kemudian saya tertegun. Yaa Allah, itu kan bungkus properti emak? Kenapa diperlakukan begitu?
Saya yakin para pekerja pengangkut sampah melakukannya hanya sebagai lucu-lucuan saja, tetapi bagi saya itu sekaligus sebuah teguran, agar memperhatikan ketika hendak membuang barang-barang bekas yang merupakan penutup organ penting seorang wanita. Kutang, mau pun celana dalam. Jangan sampai hal semacam itu menjadikan bahan ‘mainan’ orang lain. Apalagi pelakunya bapak-bapak. Jaman now gitu loh. Apa saja bisa terjadi. Pernah kan baca berita atau mendengar, pria dewasa yang menggunakan pakaian dalam wanita untuk berimajinasi? Diciumi segala? Ih serem deh. Jangan sampai karena keteledoran, kita menjadi salah satu penyebab terjadinya kejadian menjijikkan itu.
Mungkin tanggapan saya ini terlalu lebay, tetapi saya merasa perlu membuat pengingat, minimal bagi saya sendiri. Agar memperkukan dengan baik meskipun terhadap pakaian bekas yang hendak dibuang.
Minimal
1. Membungkusnya dengan koran bekas, atau plastik kresek, sehingga ketika petugas sampah mengangkut sampah-sampah di rumah kita, si kutang bekas tidak menampakkan diri begitu saja. Menjadi bahan lelucon para bapak-bapak itu. Malulah.
2. Kalau pun malas mencari plastik atau koran buat membungkusnya, setidaknya dimasukkan ke tempat sampah yang bercampur dengan sampah-sampah lain. Entah itu sampah dari dapur, atau dari ruang keluarga. Dengan begitu, kutang atau celana dalam bekas tidak berseliweran di depan mata saat orang mengangkut sampah.
3. Dibakar, atau dipendam. Dengan begitu menghapus jejak bekas si kutang dan celana dalam lebih mudah. Nggak tercecer, nggak main brrr aja di tempat sampah depan rumah tanpa pembungkus.
Itu sih yang sering saya lakukan dalam memperlakukan pakaian dalam bekas. Seringnya saya bakar malah, jadi obat nyamuk ketika masih di kampung. Mungkin ada tipz lainnya darimu, Mak. Yuk share di kotak komentar.
Saya bakar mbak. Beberapa bulan lalu saya kumpulkan underwear punya saya, suami dan si sulung kemudian dibakar di halaman belakang. Kalau nggak sempat ya saya gunting kecil-kecil menjadi potongan2 kemudian dibungkus dan dibuang sampah. Seringnya sih dibakar. Pokoknya nggak banget kalau bentuknya masih utuh.
ReplyDeleteLha iya. Sebaiknya gitulah. Dimusnahkan pokoknya. Jangan sampai ditemukan orang dalam keadaan utuh, iya kalo yang nemu orang waras. Kalo yang 'sakit' kan ngeri. Nyumbang dosa kita.
Deletemendingan di simpen aja itu pakean dalam, jangan di bakar nanti jadi polusi :D, kalo satu orang si gak masalah, coba kalo orang satu dunia mikir gitu semua :D
ReplyDeleteLah disimpen ya menuh-menuhin tempat atuh Om. Tiap tahun nambah. Repot ngerapiinnya.
DeleteWaduuhh... kayaknya perlu di gunting2 sampe tidak membentuk BH deh.. karena rawan juga kan yaa..
ReplyDeleteHu'um Mbak. Mending diancurin.
DeleteKalau aku biasanya campur sama sampah lain dalam plastik. Jadi nggak bakal ada yang tau kalau dalemnya ada "barang berharga" hehe
ReplyDeleteSekarang saya juga gitu, karena gak bisa bakar bakar sampah di sini mah.
DeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteJangan lupa digunting dulu sebelum dibuang. Agar tidak direuse oleh pihak lain untuk keperluan tidak senonoh hiiii...
ReplyDeleteBetul Mbak.
DeleteNah iya aku biasanya ya aku gunting gunting gitu mba. Lalu aku bungkusin deh biar nggak ketahuan :)
ReplyDeleteIya lebih baik begitu Mbak.
DeleteKalo aku, masih kusimpan, mau dibuang takut, bingung cara buangnya
ReplyDeletePotong potong kecil aja dulu Mak.
DeletePotong potong kecil aja dulu Mak.
DeleteYa ampun geli banget sih lihatnya dipajang begitu..beneran ya harus dimusnahkan dulu..
ReplyDeleteIya Mak. Kudu hati hati di zaman ini mah
DeleteYa ampun...kalau aku celana dalem aku gunting2 sebelom dibuang biar tidaj meninggalkan jejak
ReplyDeleteHarus itu Mak
DeleteWah, wah.... emang harus hati-hati ya mba buang kutang dan kawan2nnya itu. Dibakar lebih baik deh menurutku mba. Lebih aman juga.
ReplyDeleteKlo punya tempat ngebakar Mak. Klo gak ya terpaksa dibuang sampah.
DeleteKalau celana dalam biasanya aku gunting-gunting dulu mba sblm dibuang. Klo bra kawat, biasanya aku lepas kawatnya dan aku pakai lagi untuk dirumah.
ReplyDeleteTetep ntarnya bakal kebuang juga.
DeleteHihiii..kalo aku tak bungkus plastik dulu mba sebelum di buang, kalo CD biasanya suka di pake buat lap2 dulu baru di buang hihihiii
ReplyDeleteSamaaa kitah. Wakakkak. Asal jangan buat lap piring aja.
DeleteHuaaaa... Selama ini kok saya asal buang di tempat sampah ya mbak :(((
ReplyDeleteGak kepikiran sama sekali harus dibungkus. Makasih yaaa mbak sudah mengingatkan. Hal sepele yg harusnya diperhatikan ini.