Setiap orang pasti memiliki hal-hal yang ingin dilupakan. Memiliki hal-hal yang ingin dikenang. Dan hal yang disesali. Dilupakan jika itu hal yang menyakitkan. Dikenang apabila menyenangkan. Dan disesali apabila itu hal bodoh yang seharusnya tidak kita lakukan. Namun, terlepas dari keinginan-keinginan tersebut, kita semua pasti tau, banyak hal yang ingin kita lupakan justru sering menghantui. Seolah dia tidak mau pergi dari pelupuk mata. Karena itulah, para nasehat itu mengatakan, “Masa lalu itu bukan untuk dilupakan. Karena kita tidak akan pernah bisa melupakan masa lalu. Tetapi masa lalu sebaiknya dijadikan sahabat. Mengajaknya berdamai.” Saya setuju dengan ungkapan tersebut. Karena memang benar adanya.
Dan kali ini, kita hanya akan membahas hal yang paling saya sesali dalam hidup saya. Yaitu, ketika saya tidak menunggui bayi saya yang waktu itu baru berusia dua hari, dirawat di rumah sakit.
Dirawat usia 3 hari |
Ya. Waktu itu saya terlalu menurut ketika perawat menasehati agar saya siang saja di rumah sakit, demi kesehatan saya. Ada bener sih, tetapi kok ya kebangetan banget membiarkan bayi dirawat di rumah sakit sendirian di malam hari.
Apalagi sudah tahu ada pengalaman tidak mengenakkan. Ketika itu saya pulang sekitar setengah delapan. Tetapi karena di tengah perjalanan saya melihat ada penjual brownies, maka saya membeli satu box. Saya bisa memberikan pada perawat yang berjaga, pikir saya. Maka kami pun kembali ke rumah sakit. Dan ada rasa tersayat di jati ketika menemukan anak saya dengan mulut disumpal tutup dotan dan disolatip.
Menurut pengakuan dua orang perawat yang berjaga, mereka melakukan itu karena anak saya menangis terus. Saya pun diam. Anehnya saya tetap meninggalkan anak saya dalam penjagaan mereka, meskipun sepanjang perjalanan saya tangisi. Begitu amat nasib anak saya. Saya berusaha positif thinking kepada para perawat.
Di kesempatan hari lain, saya juga sempat dibuat kesal, mereka bilang ASI saya tidak cukup, karena itulah mereka memberikan susu formula kepadanya. Tetapi beberapa jam kemudian, salah seorang perawat cowok mengeluarkan ASI atas nama anak saya. Ketika saya tanyakan leterangan mereka sebelumnya, mereka menjawab dengan alasan “bayinya keburu menangis”, karena itulah diberi susu formula. Saya pun hanya mengangguk meskipun hati kecewa berat.
Dan kesini, baru sekaranglah saya merasa sangat menyesali kenapa saya tidak bersikukuh menunggui anak saya ketika dirawat waktu itu? Saya benar-benar menyesal.
Sudah mbak Ida, mungkin saat itu karena mbak lagi kalut ya...sekarang kalau penyesalan dibawa terus akan memberati hati. Lebih baik lepaskan penyesalan, lihat ke depan.
ReplyDeleteMaaf bukan menggurui, hanya ingin menguatkan
tetap semangat ya...sekarang yang penting anak-anak sehat :)
peluuk!
Astaga, ini beneran mbak? Bener-bener keterlaluan, gak gitu juga kali ya anak nangis kok dipakein selotip
ReplyDeleteDuh ngalamin juga anak dipaksa sufor?
ReplyDeleteDuh kalo ingat peristiwa itu pingin nonjok deh
Karena colostrum saya jadi terbuang percuma
Semogaaaa kejadian ini tdk berulang pada ortu bayi2 lain ya Mba
ReplyDeleteAlhamdulillah sekarang anak2 tumbuh sehat yaaa
Duh, aku kok kesel sama pihak RS nya yaa mba, maaf itu RS khusus Ibu dan Anak atau RS umum mba? Aku baru denger ada kasus kaya gini. Dan jawaban mereka itu yang sekenanya aja itu bikin emosi jiwa saya bacanya
ReplyDeletesabar. sama...saya juga kesal
ReplyDeletebaca ini rasanya....sebab saya jg dulu petugas kesehatan yg menangani persalinan. kaget tahu cerita seperti ini ada di ruang bayi. dilema, ibu ingin menunggui anaknya tapi...kondisi diri jg tak mampu
Semoga ke depannya para nakes (dan lembaganya) benar-benar ramah ibu dan bayi serta pro-ASI. Bukan sekadar gembar-gembor, bukan ngambil jalan pintas ngasih sufor.
ReplyDeleteDuh, jadi sedih deh bacanya. Ada ya nakes yang begitu ke anak dan ke ibu yang baru melahirkan. Untuk pemberian sufor, aku pun ngerasain waktu anak pertama. Saat itu karena tidak tahu, pas diminta ngasih sufor, aku ngasih izin, karena memang asi belom keluar. Tapi pas anak kedua, bidannya informatif banget. Dia bilang gapapa asi belom keluar dan bayi belom minum. Dia katanya bisa tahan sehari. Asal terus aja puting kita dikasih ke dia biar terangsang asinya. Alhamdulillah deh akhirnya keluar. Sehat-sehat selalu anaknya Mbak Ida
ReplyDeleteMemang selalu ada episode yang akan terus dikenang dengan sesal Mbak. Saya juga ada, dan selalu saat melewati jalan yang sama, padahal tidak berhubungan.
ReplyDeleteSaya mau bilang coba lupakan, karena toh sudah berlalu, tapi saya sendiri setiap lewat jalan itu selalu teringat sebuah penyesalan yang tanpa sengaja terjadi pada anak tengah saya.
AYo kita sama-sama berusaha move on, Mbak. Nggak baik menyesalkan sesuatu yang sudah lama terjadi.
Ya ampun, gitu amat sih pelayanan rumah sakit.
ReplyDeleteSemoga tidak terjadi pada pasien lain ya, Mbak.
Kata orang, sesal itu tak berguna. Tapi bisa menjadi pelajaran bagi orang lain juga
Udah itu fix jangan ke RS tersebut. Saran saya mending disebut aja nama RSnya mbak biar parents yang lain belajar dari hal ini. Itu harusnya dilaporkan. Kok aku jadi kesel ya, itu perawatnya ga dididik apa waktu kuliah cara menenangkan bayi menangis dengan baik dan benar. Semangat mbak, ke depannya jadi pelajaran berharga bagi mbak, bagi saya, dan banyak orang. Saya juga masih harus belajar banyak tentang kehidupan ini. Terima kasih sharingnya mbak.
ReplyDeleteAnak sulung saya gitu. Sedihnya lagi karena yang ngotot ngasih campur sufor juga itu ya ibu sendiri :(
ReplyDeleteMakanya pas anak kedua, saya keukeuh biar dia ASI aja.
Wahhh... Gimana ya saya bacanya jd kesal juga sama petugas RS, tp ya sudah lah terjadi. Berdamai dengan penyesalan mbak hehe
ReplyDelete