Mengajarkan kedisiplinan kepada anak sejak dini sangatlah penting. Agar anak terbiasa dengan kehidupan yang tertata. Salah satu contoh sederhana adalah membuang sampah pada tempatnya.
Ketika kami masih tinggal di kota, sejak usianya menginjak 10 bulan Nurul (sekarang jalan 2 tahun) anak kami sudah mulai bisa berjalan. Sejak itulah dia mulai mengikuti kemana ayah bundanya melangkah. Meskipun tertatih dia akan selalu mengikuti. Dan itu kami manfaatkan untuk mengajarinya membawa sampah ke dapur. Belum berhasil. Dia masih belum faham jika diberi sesuatu, apakah itu makanan atau sampah. Yang ada, semua masuk mulut. Baru ketika usianya 14 bulan, dia mulai faham, mana makanan, dan mana bekasnya. Nurul mulai bisa disuruh membuang sampah pada tempatnya. Dan terbiasa, setuap melihat sampah dia akan membawanya ke dapur, dan membuangnya di keranjang sampah. Perkembangan yang sangat menggembirakan tentu.
Bukan itu saja. Setiap kali kami selesai makan, diusia Nurul yang masih semuda itu, dia juga sudah mulai bisa diandalkan untuk membawa bekasnya ke dapur, dan di taruh di mana biasanya ayah atau bundanya menaruh piring kotor. Di dekat kulkas, samping kamar mandi. Ini kegembiraan selanjutnya.
Bahkan, tanpa kami suruh, Nurul selalu sigap jika melihat sampah di sekitarnya. Segera diambil dan dibuangnya. Pun ketika di sekitar tempat sampah ada yang tercecer, berbekal dari seringnya melihat ayah bundanya menjepit sampah dengan jari-jari kaki, diusianya 16 bulan, Nurul ikut-ikutan menjepit ceceran sampah dengan jari-jari kakinya untuk dimasukkan ke keranjang sampah. Hal lucu yang dilakukan anak usia 16 bulan.
Namun, tahukah Mom? Ternyata mengajari anak membuang sampah pada tempatnya tidak selalu positif lho?
Kok bisa, pan anak jadi rajin?
Ye... lah... anak jadi rajin. Rajin buang sampah, plus rajin buang makanan!
Ceritanya kami selalu makan sepiring berdua, saya dan suami, sementara ci cantik hanya ikut-ikutan sesuap dua suap. Setiap kali makan tidak habis, atau sisa-sisa tulang di piring sudah pasti saya segera memasukkannya ke keranjang sampah. Saat itulah saya tidak menyadari, jika apa yang saya lakukan selalu diperhatikan oleh anak. Hingga tiba masanya, ketika dia makan apapun, dan merasa tidak habis, maka dia segera menuju tempat sampah untuk membuangnya. Padahaaal bundanya terus setia nungguin, kapan dia gak abis si bunda ini siap ngabisin camilannya. Terutama saat dia nyemil ceker ayam. Hehe...
Pernah suatu hari, sepulng kerja ayahnya membawa sekaleng biskuit yang belum dibuka segelnya. Keesokan harinya, ketika Nurul melihat, dia meminta agar biskuit dibuka, saya pun membuka dan menaruh bersama kalengnya di depan dia. Lalu saya tinggalkan dia di ruang tengah, sementara saya pergi ke toilet. Tidak lama. Sekitar 10 menit. Begitu saya selesai dan kembali, saya melihat kaleng biskuit sudah ada di samping tempat sampah. Kosong. Dan saya hanya bisa menarik napas begitu tau semua biskuit sudah nangkring dengan manisnya di dalam keranjang sampah. Hulala...
"Aaabis." Jawab Nurul begitu saya tanya. Biskuit satu kaleng sudah aman di keranjang sampah. Bunda hanya kebagian memandangi dengan sesak.
Kejadian berikutnya adalah, saat saya hendak memulai masak untuk makan siang. Saat itu tanggal tua, suami belum gajian, saya hanya mampu membeli seiket daun singkong. Saya taruh di tampah untuk dipetikin, tentu saja Ci Cantik ikut-ikutan. Pas acara nyiangin selesai, saya tinggalkan Nurul bersama daun singkong di baskom. Saya memasak air untuk merebus si daun singkong. Dan ketika saya kembali ke ruang tengah. Apa yang terjadi?
Daun singkong saya hilang Sodara!
Dan saya menemukannya sudah berada di tempat sampah.
"Ampah uang, ampah uang." Kata Nurul sambil menunjuk keranjang sampah. Maksud dia adalah, "Sampah dibuang." Sayah? Lemes campur ingin ketawa.
Dari beberapa kejadian tersebut, ada kesimpulan yang saya ambil. Anak tidak selalu memahami apa yang mereka lakukan. Maksud mereka adalah sudah benar, membuang sampah, tetapi mereka belum bisa membedakan, mana yang sampah betulan dan harus dibuang, dan mana yang bukan.
Sejak itu saya jadi lebih hati-hati dalam mengawasi apa yang di lakukan anak.
Pertama: Tidak membuang sisa makanan di depannya. Karena seperti yang saya sebutkan di atas, anak akan mengikuti. Apa pun yang di atas piring, kaleng, dan sebagainya, makanan baru sekalipun, jika sekiranya pernah ada yang mengambil, maka dia akan menganggap sisa, yang berarti boleh dibuang.
Kedua: Tidak meletakkan sayuran yang berupa dedaunan hanya bersama anak, karena dia pasti akan menganggapnya sebagai sampah, yang artinya pula, wajib di buang ke tempat sampah. Berabe kan kalau cuma itu itunya?
Ketiga: Tidak memberikan makanan satu wadah penuh ke anak. Berikan secukupnya, sehingga dia tidak mengacak-acak sisanya. Apalagi membuangnya. Sayang kan misal itu Kong Guan satu kaleng? Hikz Hikz...
Itulah pelajaran yang saya ambil dari mengajari anak membuang sampah pada tempatnya. Tentu saja banyak nilai plusnya. Bagaimana dengan pengalamanmu, Mom?
Kalau buang sisa makanan depan anak, tar nya anak suka ngikutin yah, ini terjadi banget sama saya dulu pas neng Marwah usia 3 tahun an hehe
ReplyDeleteBanget Mbak. Nurul gitu. Makan apa aja klo gak abis langsung dibuangnya, gak ngertiin banget bundanya nungguin sisa dia. Hihi...
Deletenah iya mba jangan ketauan soalnya pernah juga si sulung buang makanan :( untunglah sekarang ga begitu
ReplyDeleteHarus extra waspada pokoknya Mbak, ngadepin batita mah. Hihi...
Deletehehe, jadi super kreatif ya mba..dan harus diawasi apalagi kalau anaknya masih balita..
ReplyDeleteIya Mbak. Emaknya harus pasang mata sepanjang dia melek juga.
DeleteAnak mmg senang meniru yg dilakukan ortunya ya. Nelan mentah2 langsung praktik. Hihi. Anak sy jg sk gitu, tp bkn soal buang sampah sih. Ak tipe yg keras banget soal mubazir soalnya. Bahkan dulu saking gregetnya, makanan jatoh jg ak suruh ambil. Haha. Skrg ga lg deng. Dah tobat emak.
ReplyDeleteIyu ikz. Padahal mah ortunya kan buang juga yang dibuang tulang ayam, yang udah bener-bener gak bisa dimakan.
DeleteEmang anak tuh pinter ya mba. Sgla diikutin. Hihi kadang gemes liat tingkahnya. Makasih mba sharingnya 👍
ReplyDeleteIyaaaa... ngegemesin banget pokoknya.
DeleteKalau anakku, buang uang karena disangkanya sampah kertas :))
ReplyDeleteAnakku kalo duit faham banget dia Mak. Dari usia 16 bulan dah tau itu duit.
DeleteAhahaah ada2 aja sih tingkah anak2 yaa.. nanti kalau udah besar, bisa buat cerita lucu ngeledekin mereka :))
ReplyDeleteHahaha... sekarang juga udah dibikin cerita Mak. Hihi...
DeleteMemang harus hati2 ya mba soal buang sampah ini. Anakku juga sudah ngerti buang sampah sendiri di usianya yang bati 14bulan karena sering lihat aku buang pelastik bekas makanan atau minuman, dia suka ngikutin walau tidak diajarin.
ReplyDeleteYupz! Itulah, anak emang benar benar pembelajar ulung ya. Sekali aja ngeliat dah bakal bisa ngikutin.
DeleteWaduuh ...jadi rajin sekali ya. Tidak hanya sampah, semua pun bisa dibuang hihihi..
ReplyDeleteAnak itu peniru ulung, apa yang dilihat pasti akan dia tiru :))
Iyaaaa... pokoknya kudu extra hati hati dah.
DeleteAnak itu gampang meniru apa yang dilihatnya, tp belum tahu apa itu maksudnya
ReplyDeleteBetuuul. Lha itu makanan yang sekiranya dia gak abis langsung aja dibuang.
DeleteBener banget ya mak, memberi anak secukupnya jadi anak akan berusaha menghabiskannya. Bukan membuangnya
ReplyDeleteHu'um Mbak. Kalo dikasiin semua dibuang klo gak abiz.
DeleteHahahaha lucu mba, karena pernah kejadian juga sama aku. Ceritanya nya mbak ku baru belanja dan dibungkus plastik hitam, trus di uwel gitu, eh di buang sama anak ku ke tong sampah disangka sampah
ReplyDeleteHahahaha... begitulah anak anak.
Deleteheheh jd terlalu rajin ya :D
ReplyDeleteAnak2 emang lucu.
Tapi positifnya kalau diajarkan sejak kecil itu akan memmbentuk kebiasaan anak ya mbak :D
Bener Mbak. Maksudnya ya itu membentuk kebiasaan baik gitu, eh malah semua dibuangin.
DeleteHahahaha kok lucu sih mba. Part nungguin sisa ceker ayam, aku juga gituuuuu. Tiap krucil makn ayam, ak selalu nungguin tulangnya utk aku grogotin. Hahaha
ReplyDeleteWakakakak... sama kita. Tapi anakku demen tulangan juga ini. Jadi lebih sering sia-sia nungguinnya.
DeleteHmm bisa diterapkan pelan-pelan nanti untuk adeknya Salfa. Kalau sekarang Salfa usia 4th sudah paham.
ReplyDeleteIya Mbak. Harus diawasi kalo nerapin itu mah.
DeleteGeli gimana gitu bacanya hahahahaha. Anak-anak beneran yah, melihat apa yg di depannya. Warning banget nih buat saya
ReplyDeleteIyaaaa... pelajaranlah pokoknya kita emaknya ini.
DeleteOalaah haha..iya juga sih oadahal kita kalau makanan anak nggak habis siap nampung yaa 😁😁
ReplyDeleteSiap jadi tong sampahnya ya Mak. Hahhha
DeleteYa Allah~
ReplyDeletePolosnya anak-anak ini sering bikin kita ketawa (( ngenes )) yaa, mba...
In syaa Allah makin pinter, sholiha yaa nak...
Iya Mbak.
DeleteAamiin Yaa Rahmaan Rahiim.
Lucu campur ngenes nih mbak. Anakku juga dulu gtu semua dbuangi. Lucunya lagi semua sampah di halaman bahkan sampah tetangga sibuk dia punguti karena ga suka liat sampah wkwkw
ReplyDeleteHahahhah... ajak ke rumahku donk Mbak. Biar halaman rumah saya bersih. :D
DeleteIni pelajaran penting banget dari kami, aku dan suami kepada anakku. Akhirnya di usia 4 tahun dia sudah bisa membuang sampah dan menyarankan pada anak-anak lainnya untuj tidak buang sampah sembarangan. Lucu juga sih ngelihat ucapan dia saat nyuruh buang sampah ke tempatnya pada anak yg usianya di atas dia.
ReplyDeleteJadi beda ya Mbak. Saya juga kalo ngajak anak keluar jadi babgga karena anakku tau membuang sampah pada tempatnya. Sementara anak anak lain semaunya.
DeleteSeru memang mengajarkan hal-hal baik sama anak-anak tapi kadang ada saja cerita lucu ya mbak.
ReplyDeleteIyaaaa. Ngegemesin pokoknya.
DeletePernah juga buang ikan depan anak..tulang aja sih buat ..kucing, lah dia ikutan buang roti tapi masih banyak...katanya buat kucing..., Duh..beneran deh..
ReplyDeleteAnak2 peniru ulung.