Kue arisah sebelum dimatengin |
Banyak hal-hal baru yang saya dapatkan sejak tinggal di Cikarang ini. Pertama waktu masih di Daerah Jati Pilar. Pada Ramadhan pertama tahun lalu. Sehari sebelum Ramadhan, orang-orang di sana sibuk mencari daging sapi. Membicarakan daging sapi. Dari harganya yang melambung tinggi, sampai ke penjual yang dadakan muncul di pinggi-pinggir jalan.
Di daerah baru kini, hal serupa pun terjadi. Sesuatu yang baru bagi saya. Karena di kampung saya, dan tempat-tempat singgah saya sebelumnya, belum pernah saya temui tradisi ini.
Kedua, pawai obor. Di kampung saya tidak ada tradisi ini untuk menyambut Ramadhan. Begitu juga di beberapa tempat singgah saya sebelum-sebelumnya. Cibubur, Bintaro, Jakarta. Baru di Cikarang inilah saya menyaksikan ada pawai obor dalam menyambut Ramadhan. Atau mungkin saya tidak melihat ketika di daerah sebelum-sebelumnya. Kecuali Kampung saya yang memang tidak ada acara tersebut.
Proses pembuatan kue arisah |
Dan hari ini, saya temukan sesuatu yang baru lagi, saat saya mengintip kerumunan di salah satu rumah warga.
"Kue tradisi lebaran Tanah Baru, Mbak." Salah seorang dari mereka menjelaskan.
Terbuat dari campuran tepung beras, sagu, dan telur. Dengan bumbu bawang putih, bawang merah, garam dan lain-lain.
Pembuatannya yang sedikit ribet (setidaknya bagi saya yang awwam soal buat membuat kue) dan memakan banyak waktu ini membuat para ibu-ibu bertetangga kompak untuk bekerja sama. Ada yang mengurus dari adonan masih mentah, ada yang membentuk bulatan-bulatan, dan yang lainnya lagi memipihkan, serta menata di tampah.
Kue arisah siap disantap. Renyah... |
Cukup melelahkan bukan? Dan semua itu terbayar dengan hasil dan perolehan rasa yang maknyus. Gurih, renyah, enak, dengan bentuk bulatan-bulatan sekira lebar lima centi.
Siapa mauuuu? Lebaran aja di Kampung Tanah Baru - Cikarang. Saya sudah mencicipinya tadi :).
Ida Raihan
Cikarang, Sabtu, 10 November 2017 (18:48)
Mba minta resep nya donk
ReplyDelete