Beberapa hari ini, bacaan suami saya sepertinya tidak jauh-jauh dari kasus bendera merah putih dan lafadz tauhid. Menurut beliau, pemegang bendera ditahan polisi. Hmmm... Padahal sebelumnya sudah banyak bendera merah putih yang ditambah tulisan atau gambar sesuai peminat si pemegang dalam beberapa acara, tetapi fine fine aja tuh. Nggak ada berita tahan menahan. Entah mengapa kali ini si pemegang bendera harus ditahan. Info yang saya dapat karena dianggap telah melecehkan bendera merah putih. Hmm... Jadi yang sebelum-sebelumnya beda gitu?
"Orangnya masih muda ternyata." komentar suami pagi tadi. Saya hanya mendengarkan."Namanya NF." Biasa dalam berita-berita terkadang nama diinisialkan. Tetapi kemudian suami melanjutkan lagi, "Ooo Nurul Fahmi."
"A?" Nama Nurul Fahmi disebut, tiba-tiba benak saya nyambung. Pria yang memiliki nama itu kan hanya satu orang? Begitu pikir saya. Dan saya pun langsung bertanya, "Anak Bekasi bukan?"
"Nggak tau. Emang Ida kenal?" Tanya suami.
"Coba lihat photonya." Saya pun penasaran. Dan suami pun menunjukkan photo pria dengan muka yang masih sangat saya kenali, meskipun hanya sebentar kami bertemu di tahun 2009. Beliau pernah ke rumah saya di Lampung.
"Kenal kalo ini mah." Saya pun mengecek Facebook beliau untuk memastikan. Dan ternyata memang benar. Beliau adalah orang yang pernah saya kenal.
Nurul Fahmi dan Dakwahnya (Tahun 2008 - 2009)
Saya mengenalnya dengan julukan Abu Ayyas. Sesuai nama akun Yahoo Messenger yang pernah beliau gunakan ketika masih aktif di IPTIJ (Ikatan Pemuda Trainee Islam di Jepang). Tidak banyak yang saya ketahui tentang beliau. Saya hanya tahu waktu itu, beliau memimpin kajian online dari Jepang. Dan saya adalah salah satu pesertanya.
Dari kajian-kajian yang sering saya ikuti di sana, saya bisa melihat bagaimana semangat seorang Nurul Fahmi dalam berdakwah. Memanfaatkan moment dan fasilitas yang ada (waktu itu Yahoo Messenger dan Skype) untuk dakwah. Selain kajian, ada juga hafalan Al-Qur'an dengan system setor One Day One Ayat yang beliau danbteman-temannya adakan. Setiap malam, Nurul Fahmi telaten memanggil peserta satu persatu untuk setoran hafalan begitu kajian online selesai. Terkadang saya yang sok sibuk waktu itu, malas menyetorkan hafalan karena sudah mengantuk, namun beliau dengan telaten mengingatkan untuk setoran. Dari sana sudah kelihatan, bahwa Nurul Fahmi adalah pendakwah sejati. Saya yang setoran cuma satu ayat saja kadang males, dan lebih suka menuruti rasa kantuk, sementara beliau masih harus lebih lama lagi menahan kantuk demi menyimak setoran member yang jumlahnya belasan.
Taat Aturan
Sebagai wanita yang masih awwam tentang agama, dulu saya juga sering sebal kepada sosok Nurul Fahmi. Karena beliau ini sedikit sekali bicara. Hanya kalau ada kepentingan saja berbicara. Jika tidak, maka beliau tidak akan pernah bicara dengan saya. Di kemudian hari saya baru tahu, bahwa di dalam Islam berbicara antara perempuan dan pria ada batasan-batasannya. Dan sebagai pria yang faham dan taat, Nurul Fahmi menjaga hal itu. Sebagai bentuk kepatuhannya pada peraturan agama yang dianutnya.
Saya sungguh tidak akan pernah mempercayai jika tujuan Nurul Fahmi dengan membawa bendera merah putih bertuliskan lafadh tauhid adalah menghina lambang negara. Apalagi menurut pengakuannya, dia mantan anggota Paskibra yang notabenenya tahu peraturan, untuk menghargai bendera.
Ida Raihan
Jati Pilar, Kamis, 26 Januari 2017 (18:00)
Note: Gambar diambil dari Google
Ida Raihan
Jati Pilar, Kamis, 26 Januari 2017 (18:00)
Note: Gambar diambil dari Google
Jadi ingat zaman ym an hihihi
ReplyDeleteSekarang masih ditahan kah jeng ?
Haha... iya tuh. Dulu ada juga teman kita yang namanya Fahmi ya, di Kalimantan. Kemana tu anak.
DeleteUdah bebas. Dijemput Arifin Ilham.
Alhamdulillah kalo sudah bebas mbak. Ah, polisi kita terlalu latah ya mbak. Masa negara mayoritas muslim takut pada sesama muslim
ReplyDeleteKatanya alasannya ditangkep karena dianggap melecehkan lambang negara, Mak?
Delete