Ilustrasi dari Google |
Suatu malam si ayah membujuknya agar
kalung tersebut diberikan kepadanya. Si anak keekeuh mempertahannya.
Ayah yang bijaksana ini tidak memaksa, tetapi hampir setiap malam dia
mendatangi putrinya untuk meminta dan melepaskan kalung tersebut.
Akhirnya suatu malam yang entah sudha ke berapa kalinya, si anak
mengalah dan memberikan kalung tersebut pada Ayahnya.
Ke esokan harinya, sang ayah memanggil
putri tercintanya. Alangkah bahagianya ketika si putri ini mengetahui
apa yang diberikan ayahnya. Sebuah untaian kalung yang lebih indah. Dan
yang pasti kalung tersebut bukan imitasi!
Pernah membaca kisah ini Sahabat-Sahabatku? Apa yang kau proleh dari cerita di atas?
Ya. Terkadang kita begitu keukeuh
mempertahan apa yang kita anggap baik dan indah. Kita tidak pernah tahu
bahwa di balik keindahan itu bisa saja menjadkan kesengsaraan bagi kita.
Ketika kita mencintai sesuatu, kita
begitu ingin memilikinya. Kita merasa itulah yang terbaik. Begitu yakin,
itulah yang seharusnya menjadi milik kita. Padahal, terkadang Allah
sedang menyiapkan yang jauh lebih baik daripadanya. Tetapi karena kita
enggan melepaskan, maka Allah tetap membiarkan hal tersebut terjadi. Dan
tetap menyimpan apa yang telah Ia siapkan untuk diberikan kepada kita.
Contoh sederhananya, ketika kita
mencintai seseorang. Setiap saat kita berbisik, “Tuhan jodohkan aku
dengan dia.” Pada setiap helaan nafas di sela-sela aktivitas. Pada
setiap sujud. Pada setiap mengangkat tangan. Tak pernah terfikirkan oleh
kita, bahwa di sana, Allah sedang menggembleng sosok yang jauh lebih
baik dari sosok yang kita pinta setiap saat. Kita tetap merasa sosok
yang tampak itulah yang terbaik.
Allah tahu kapan Dia akan memberikan
sosok yang tepat bagi kita. Sesuai janji-Nya, “Pria baik-baik untuk
wanita baik-baik.” Begitu juga sebaliknya. Tugas kita di sini adalah,
bagaimana caranya agar kitac bisa meningkatkan kualitas diri menjadi
yang terbaik. Agar ketika dia yang tengah digembleng oleh Allah siap
untuk diterjunkan ke bahtera rumah tangga, kita siap menyambutnya.
Jangan sampai di sana sudah menjadi pribadi yang baik, dan mencari kita,
sementara kita di sini masih disibukkan oleh hal-hal yang tak
bermanfaat, mengharapkan sosok lain yang bukan ditakdirkan. Yang
demikian, jangan salahkan Allah jika kita tidak segera dipertemukan,
karena ibarat sebuah radio, frekuensi kita belum menyambung dengannya.
Dengan begitu, alangkah lebih baiknya kita tetap meminta, tetapi tidak membatasi dan mendahului kehendak Allah.
“Yaa Allah… jodohkanlah aku dengan dia, atau dengan sosok yang lebih baik daripadanya.” Wallahua’lam. Wallahua’lam.
Semoga bermanfaat
Ida Raihan
Kramat Jati, Jum’at, 17 Okt 2014 (18:56)
Emoticon